Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Kisah-kisah Pilu Keluarga Dadin yang Terjebak Kobaran Api KM Zahro Express

Tampak sejumlah petugas DVI dan kamar jenazah menitikkan air mata menyaksikan momen dramatis tersebut.

Penulis: Abdul Qodir
Editor: Malvyandie Haryadi
zoom-in Kisah-kisah Pilu Keluarga Dadin yang Terjebak Kobaran Api KM Zahro Express
Tribunnews.com/Abdul Qodir
Kapolda Metro Jaya, Irjen Pol Muhammad Iriawan (seragam cokelat; kiri) memberikan dukungan moril kepada keluarga korban terbakarnya kapal KM Zahro Express, Dadin Suganda (kakek 65 th, kanan kedua), Tony Martinus Gunawan (baju cokelat; menantu 39 th, kiri) dan Rivanno Rains Gunawan (cucu Dadin, 3 th; digendong ayahanda Tony), di RS Polri, Kramat Jati, Senin (2/1/2017). 

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Air mata Dadin Suganda, kakek 65 tahun asal Lembang, Bandung, Jawa Barat, mengalir di depan peti jenazah, kamar jenazah RS Polri, Kramat Jati, Jakarta Timur, Senin (2/1/2016) petang.

Penantian dan pencarian lima anggota keluarganya dua hari terakhir menemui titik terang begitu tim DVI RS Polri menyampaikan satu jenazah korban terbakarnya kapal wisata KM Zahro Express yang teridentifikasi adalah anaknya, Nia Kurniati (33).

Jenazah korban diketahui tengah hamil tiga bulan.

Raut kesedihan mendalam juga tampak dari wajah suami almarhumah Nia Kirniati, Tony Martinus Gunawan (39) yang juga hadir di depan peti jenazah sang istri.

Sembari menguatkan diri, ia mengusap-usap punggung anaknya, Revanno Rains Gunawan (3), yang terus menangis memanggil ibundanya.

Namun, tangis Revanno makin keras terdengar. "Mami, mami..!" kata Revano di tengah tangisannya

"Mami sudah nggak ada. Sudah nak, kita harus kuat," ucap Tony terisak.

Berita Rekomendasi

Tampak sejumlah petugas DVI dan kamar jenazah menitikkan air mata menyaksikan momen dramatis tersebut.

Dadin sempat menceritakan, keluarga besarnya yang terdiri dari 13 orang berangkat dari Lembang, Bandung, menumpangi KM Zahro Express menuju Pulau Tidung, Kepulauan Seribu pada Minggu (1/1/2017) pagi, dalam rangka liburan Tahun Baru.

Mereka terdiri dari dirinya dan istri, Eha Julaeha (65); 3 anak, yakni Yeti Herawati (43), Hendra Maulana (30) dan Nia Kurniati (33) serta 3 menantu, yakni Iwan Kurniawan (45), Ani Maryani (30) dan Tony Martinus Gunawan (39).

Lima cucunya juga ikut dalam rombongan yang rencananya berlibur ke Pulau Tidung. Yakni, Fikran Shafa Alam (17), Azka Nadhira Putri (12, Adinda Meisa Alivia (8), Revanno Rains Martinus Gunawan (3) dan Amirah Hanifah Putri Ananda (4).

Nahas, kapal yang ditumpangi keluarga besar Dadin dan ratusan penumpang lainnya itu meledak dan terbakar hebat saat kapal baru berjalan sekitar 20 menit.

Hanya 8 orang dari 13 anggota keluarga besar Dadin yang selamat dalam kecelakaan kapal tersebut.

Sementara, lima anggota keluarga Dadin lainnya diduga kuat menjadi korban yang terjebak dalam kebakaran kapal tersebut.

Kelimanya, yakni istri Dadin, Eha Julaeha (61); dua anaknya, Yeti Herawati (43) dan Nia Kurniati (33); serta dua menantu, Ani Maryani (43) dan Iwan Kurniawan (48).

"Setelah kebakaran di kapal, saya kehilangan istri, dua anak dan dua menantu. Hendra dan Amirah masih dirawat karena kena asap dan masuk air ke paru-paru," ucap lirih Dadin saat ditemui di RS Polri, Jakarta, Senin, 2 Januari 2017.

Hari berikutnya, tak tampak lagi sosok kakek Dadin saat diumumkannya identifikasi satu per satu dari keempat jenazah anggota keluarganya, termasuk jasad sang istri, di RS Polri.

Menurut anggota keluarga, kakek Dadin menunggu di kampung halaman atau rumah duka, Lembang, Bandung, untuk menunggu satu per satu dari keempat jenazah orang yang dicintainya itu. Keluarga pun khawatir dengan kesehatan sang kakek.

Ada empat anggota keluarga Dadin yang bergantian berjaga di RS Polri untuk menunggu pengumuman dari petugas tentang hasil identifikasi jenazah yang masih berada di kamar jenazah.

Sebab, masih ada empat anggota keluarganya yang belum ditemukan dan diduga kuat menjadi bagian korban meninggal karena terjebak di dalam kapal yang meledak dan terbakar itu.

Benar saja, karena hari-hari berikutnya petugas mengumumkan keempat anggota keluarga Dadin tersebut menjadi bagian dari sejumlah jenazah yang teridentifikasi.

Keempatnya, yakni Yeti Herawati (43); suami istri Iwan Kurniawan (48) dan Ani Maryani (43); serta istri Dadin, Eha Julaeha (61).

Fikran Shafa Alam (17), putra pasangan Yeti Herawati dan Iwan Kurniawan, hanya bisa duduk termenung tanpa menitikkan air mata di depan peti jenazah ibundanya, depan kamar jenazah RS Polri pada Selasa, 3 Januari 2017.

Seakan air matanya habis setelah tiga hari dalam kebingungan dan kesedihan mencari jasad orangtuanya.

Yang pasti, hari berikutnya Fikran bersama dua adiknya, Azka Nadhira Putri dan Adinda Meisa Alivia akan menjalani hidup sebagai yatim piatu.

Momen tak kalah menyedihkan juga terjadi kala Hendra Maulana memboyong putri tunggalnya yang masih berusia 4 tahun, Amirah Hanifah Putri, ke depan peti jenazah Ani Maryani yang sudah berada di dalam mobil ambulance.

Keluarga menginginkan Amirah untuk melihat terakhir kali jenazah ibundanya itu sebelum dibawa ambulance menuju Lembang, Bandung, untuk dimakamkan.

Hendra pun tak kuasa menahan tangis saat menunjukkan peti jenazah

"Amirah dan ayahnya selamat. Tapi setelah kejadian mereka dirawat di RSPAD Gatot Soebroto karena kemasukan asap dan air. Amirah belum ngerti kalau ibunya sudah tidak ada lagi. Makanya ini yang terakhir sebelum dimakamkan," ujar adik almarhumah Ani Maryani, Yuli (37).

Kamar jenazah RS Polri menjadi saksi bisu dan tempat yang tidak terlupakan buat Yuli. Sebab, ia dan tiga anggota keluarga Dadin lainnya harus bolak-balik dari Bandung-Jakarta untuk mengurus data identifikasi dan mengantarkan kelima jenazah ke kampung halaman untuk dimakamkan.

"Kami bolak-balik ke Bandung. Saya dari hari pertama sudah mencari kelima korban. Ini hari keempat, saya tak bisa menangis lagi, saya sudah ikhlas atas kepergian adik saya sejak saya lihat ada KTP atas nama dia di papan pengumuman," ujar Yuli.

Kisah memilukan lainnya terjadi kala kelima jenazah anggota keluarga Dadin dimakamkan dalam satu liang lahat di Tempat Pemakaman Umum (TPU) Pangjebolan, Kampung Bosscha, RT 1 RW 10, Desa/Kecamatan Lembang, Kabupaten Bandung Barat, atau 5 Kilometer dari rumah duka.

Pemakaman tersebut dilakukan dalam enam hari setelah satu per satu dari kelima jenazah berhasil teridentifikasi.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas