Sekelumit Cerita Anak Wiji Thukul Ketika Dijauhi Teman-temannya
"Setelah itu buyar semua, untuk psikologis anak-anaknya yang sepantaran saya juga bingung kok tiba-tiba tidak dibolehin main,"
Penulis: Ferdinand Waskita
Editor: Adi Suhendi
Saat menginjak kelas 4 SD, Fitri terus disebut sebagai anak buronan.
Hal itu membuat Fitri memiliki keinginan tidak bersekolah lagi.
"Jadi tahunya itu sendiri karena lingkungan, karena orangtua enggak mungkin berani ngomong mungkin karena takut anak-anaknya syok atau gimana," kata Fitri.
Fitri tidak merasa terkucil setelah duduk di bangku SMP.
Menurutnya, latar belakang teman-temannya yang beragam membuat ia merasa nyaman.
"Dari situ kemudian ada sedikit kelegaan oh ternyata enggak semua teman, enggak mau berteman dengan saya," ujarnya.
Fitri pun masih berharap pemerintahan Presiden Jokowi dapat mengungkap kasus itu.
Menurut Fitri, Jokowi merupakan orang yang baik.
Bahkan, saat Fitri menikah, Jokowi yang saat itu menjabat Walikota Solo ikut hadir.
"Ya memang beliau orang baik, saya pernah ketemu, secara personal saya tahu Pak Jokowi orangnya baik," kata Fitri.
Selain itu, Fitri mengaku senang menulis puisi.
Ia sempat membuat buku berisi kumpulan puisinya.
Fitri kembali mengenang ibunya memberikan kertas dan alat tulis saat duduk di bangku SMP.
Harusnya, kertas itu digunakan untuk menggambar, tetapi akhirnya digunakan untuk menulis.
"Intinya saya kangen sama bapak, kok bapak enggak pulang-pulang," ucapnya.
"Soalnya tiap malam yang hobi dongengin bapak, ibu enggak bisa karena sudah capai seharian jahit. waktu luang banyaknya kaum bapak, terus kebiasaan jadinya susah ngomong, ditulis," kata Fitri.