Politisi PDIP: Isi Kicauan Pak Beye Seperti Mendirikan Bangunan Pasir di Bibir Pantai
"Kalau beliau serukan semangat persatuan pastinya massa dan pendukung beliau akan patuh dan negara akan terbantu."
Editor: Choirul Arifin
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Politisi PDI Perjuangan Arteria Dahlan menyayangkan kicauan Presiden RI ke-6 Susilo Bambang Yudhoyono di Twitter akhir pekan lalu.
Menurutnya, isi kicauan itu tak tepat di tengah upaya pemerintah yang begitu sigap dan hebatnya untuk mempersatukan seluruh elemen bangsa.
Menurut Arteria, kicauan Pak SBY ibarat mendirikan bangunan pasir di tepi pantai. Jadi, semakin membingungkan, apa maksud dan tujuannya serta ditujukan kepada siapa, lebih baik semua pihak menahan diri.
Menurutnya, Pak SBY adalah tokoh bangsa, ketua umum parpol, skaligus Presiden RI ke-6 dan memiliki massa.
"Kalau beliau serukan semangat persatuan pastinya massa dan pendukung beliau akan patuh dan negara akan terbantu. Sebaliknya kalau membuat ciutan seperti itu paling tidak massa pendukungnya menanyakan arah dan tujuannya ke siapa, belum lagi kita bicara rakyat secara keseluruhan, yang persepsinya macam-macam," kata Artelia Dahlan.
Baca: Tanggapi Cuitan SBY, Politisi NasDem Ini Menyindir: Jokowi Tak Pernah Curhat Meski Difitnah
Dia mengingatkan, rakyat sudah lelah melihat akrobat politik saat ini yang cenderung tidak terkontrol dan tidak tahu akhirnya akan kemana, kasihan mereka.
"Kembali lagi, saya pikir kurang tepat untuk bereaksi dalam bentuk apapun kecuali dalam substansi merekat persatuan dalam kebhinnekaan," kata Arteria dalam keterangan pers tertulisnya kepada redaksi Tribunnews, Minggu (22/01/2017).
Anggota Komisi II DPR RI itu menghimbau semua pihak terlebih tokoh bangsa siapapun orangnya untuk merapatkan barisan, bahu membahu menjaga keutuhan NKRI.
Sekali lagi dia mengajak kepada semua tokoh bangsa untuk bersatu, bersatu membangun bangsa ini, tinggalkan segala perbedaan, hilangkan segala kepentingan. Pasalnya, dia melihat kondisi saat ini bukan hanya efek dari kompetisi lokal untuk merebut kekuasaan secara konstitusional, tetapi ada ancaman besar terkait dis-integrasi bangsa.
"Pada titik inilah, hendaknya semua pihak melihat dengan perspektif ke Indonesiaan, mengingat saat ini kebencian begitu mudahnya ditebar seolah-olah layaknya seorang pahlawan, padahal kita semua lupa bahwa kita ini satu keluarga, keluarga besar Indonesia Raya," ujarnya.