Fahri Hamzah Mendadak Hapus Cuitannya di Twitter, Ada Apa?
Fahri Hamzah menghapus cuitannya di twitter mengenai tenaga kerja asing. Ia mengaku melakukan itu karena khawatir terjadi salah paham.
Penulis: Ferdinand Waskita
Editor: Hasanudin Aco
TRIBUNNEWS.CON, JAKARTA - Wakil Ketua DPR Fahri Hamzah tiba-tiba menghapus cuitannya di twitter mengenai tenaga kerja asing.
Ia mengaku melakukan itu karena khawatir terjadi salah paham.
Cuitan di twitter @fahrihamzah yang berisi' Anak bangsa mengemis menjadi babu di negeri orang dan pekerja asing merajalela'.
"Saya menghapus supaya enggak salah paham. Karena memang terminologi itu mengganggu di kupingnya padahal saya nggak maksud ke arah sana, tapi nggak apa-apa sosmed kan gitu. Nggak ada masalah," kata Fahri di Gedung DPR, Jakarta, Selasa (24/1/2017).
Baca: Fahri Hamzah Tak Setuju Megawati Dilaporkan ke Bareskrim Polri
Fahri tidak mempermasalahkan isi cuitan tersebut dibully netizen. Ia menghadapinya dengan senyuman dan intropeksi diri.
"Ya Harus banyak senyum. Harus menerrima baik kriitikan orang. Instropeksi biar positif lah," kata Fahri.
Fahri lalu menjelaskan isi cuitan itu tidak berdiri sendiri. Melainkan rangkaian twitter mengenai berbagai isu nasional.
Contohnya, pencoretan bendera, pembabatan hutan, penyelundupan sumber daya alam sampai persoalan tenaga kerja.
"Jangan diputar ya. Jadi isunya itu fokus nasional. Itu memang dari semalem ngetweet kok kacau begini ya. Jadi tadi si pembawa bendera itu sudah dilepas. Ini kan polisi bekerja berdasarkan provokasi terutama dari media dan sosmed lalu dia memilih kasus-kasus untuk menyibukkan diri padahal itu enggak ada manfaatnya," kata Fahri.
Baca: Fahri Hamzah Bertanya: Anti-Pancasila Itu Maksudnya Anti Apa?
Fahri juga melihat sejumlah pihak kehilangan prioritas dalam mengatasi persoalan yang terjadi di masyarakat. Ia pun mencoba melakukan kritikan.
"Jadi saya komplain sejak tadi malam kok kita ini kehilangan prioritas. Prioritas kita ini saya tunjukkan bahwa hutan kita dibabat orang, pipa-pipa baja kita disedot negeri orang. Padahal warga negara kita mengemis meminta kerja menjadi pakai istilah babu. Sebenarnya istilah ini enggak ada. Sementara pekerja asing kita biarkan merajalela. Konsen saya adalah kita prioritas gitu loh," beber Fahri.
Fahri menegaskan dirinya menjabat sebagai Ketua Tim Pengawas Tenaga Kerja, sehingga memahami kondisi tenaga kerja di luar yang sangat tragis.
Contohnya, soal praktik perbudakan di Kapal Ikan Myanmar, Taiwan dan negara lain. Fahri bahkan menceritakan soal upayanya yang pernah memulangkan jenazah warga Nusa Tenggara Barat dari Arab Saudi ke Indonesia.
"Jadi saya nggak ada hubungannya dengan kasus melakukan penghinaan. Saya ini mengadvokasi pekerja yang ada di luar negeri," kata Fahri.