Warga 7 Negara Muslim Dilarang Masuk AS, PKS Nilai Kebijakan Trump Bernuansa Rasis
Disayangkan kebijakan Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump terkait larangan tujuh negara muslim masuk ke negara itu.
Penulis: Ferdinand Waskita
Editor: Hasanudin Aco
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Anggota Komisi I DPR dari Fraksi PKS, Sukamta, menyayangkan kebijakan Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump terkait larangan tujuh negara muslim masuk ke negara itu.
“Saya tidak mengkritik soal kebijakan untuk membatasi pengungsi yang masuk ke AS, setiap negara tentu punya hak untuk itu," kata Sukamta melalui pesan singkat, Selasa (31/1/2017).
Namun, Sukamta menyayangkan alasan yang digunakan dengan menyebut ancaman teroris Islam radikal.
Baca: Perusahan Teknologi Ramai-ramai Tolak Inisiatif Trump Mendata Warga Muslim AS
Kalimat ini terkesan memojokkan umat Islam dengan dilekati kata teroris.
"Hal ini jelas melukai perasaan umat Islam terutama di 7 negara yang dibatasi. Sementara di sisi yang lain ungkapan tersebut juga dapat meningkatkan sentimen anti Islam di dalam negeri AS, karena yang mengucapkan adalah Presiden, simbol negara," kata Sekretaris Fraksi PKS itu.
Sukamta mengingatkan Donald Trump perlu mengevaluasi atas meningkatnya kejadian kekerasan atas umat Islam di Amerika Serikat dalam satu tahun terakhir.
Laporan Council on American-Islamic Relations (CAIR) menyebutkan peningkatan kejadian kekerasan terhadap kaum muslim sejak masa kampanye Presiden.
Baca: Trump Larang Pengungsi Masuk AS, Dubes Rusia: Bukan Urusan Kami!
Lembaga tersebut menyebutkan mulai terjadi serangan terhadap perempuan yang memakai hijab di tempat umum serta banyak grafiti rasis yang digambarkan untuk umat Muslim beredar, bahkan intimidasi terhadap anak-anak imigran juga terjadi.
Pernyataan yang bernada menyudutkan umat Islam, dikhawatirkan Sukamta semakin memicu kelompok-kelompok anti Islam di AS dalam melakukan intimidasi.
“Yang menyesalkan kebijakan ini tidak hanya dari kalangan Islam, banyak pemimpin dunia dari berbagai negara juga menyesalkan pernyataan dan kebijakan rasis Trump soal imigran, saya berharap Pemerintah Trump peka soal ini,” kata Sukamta.
Lebih lanjut Sukamta berharap pemerintah RI melalui Kementrian Luar Negeri dapat memainkan peran Indonesia, negara dengan jumlah penduduk muslim terbesar sebagai jembatan komunikasi dunia Islam dengan Barat khususnya pemerintah AS saat ini.
“Hubungan dunia Islam dengan AS pada masa Presiden Obama cukup bagus, saya kira ini harus dipertahankan. Pemerintah Indonesia dalam hal ini dapat memainkan peran strategis sebagai komunikator dunia Islam dengan pemerintah Trump saat ini,” kata Sukamta.