Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Pakar Hukum: DPR Jangan Latah, Biarkan Penegak hukum Tangani Kasus e-KTP

"Biarkan Penegak hukum yang menangani bukan legislatif, janganlah DPR latah begitu. Sedikit sedikit hak angket seperti tidak punya kewajiban lain saja

Penulis: Srihandriatmo Malau
Editor: Adi Suhendi
zoom-in Pakar Hukum: DPR Jangan Latah, Biarkan Penegak hukum Tangani Kasus e-KTP
Tribunnews.com/Theresia Felisiani
Yenti Ganarsih. 

Laporan Wartawan Tribunnews.com, Srihandriatmo Malau

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Kasus mega korupsi proyek Kartu Tanda Penduduk (KTP) Elektronik atau e-KTP adalah kasus besar yang sangat menyakiti hati rakyat.

Bagaimana tidak menurut pakar hukum Tindak Pidana Pencucian Uang (TPPU), Yenti Garnasih, hampir 50 persen anggaran bocor atau tidak dapat dipertanggungjawabkan.

Dosen hukum pidana Universitas Trisakti tersebut menegaskan, kasus ini murni masalah pidana.

Masalah oknum yang merampok uang rakyat yang harus diproses pidana.

Baca: Hembuskan Hak Angket e-KTP, Politikus PKS Nilai Fahri Hamzah Ingin Uji Nyali Partai Politik

Baca: Surya Paloh Nilai Hak Angket e-KTP Perlu Dilakukan

Berita Rekomendasi

Baca: Fahri Hamzah Jelaskan Alasan Usulkan Hak Angket e-KTP

"Biarkan Penegak hukum yang menangani bukan legislatif, janganlah DPR latah begitu. Sedikit sedikit hak angket seperti tidak punya kewajiban lain saja," kata Yenti kepada Tribunnews.com, Senin (13/3/2017).

Mantan anggota panitia seleksi (Pansel) pimpinan KPK tersebut menyikapi pernyataan wakil Ketua DPR RI, Fahri Hamzah yang melemparkan isu hak angket e-KTP.

Apalagi di antara yang disebut terlibat sebagai penerima justru anggota DPR.

"Bagaimana mungkin malah minta hak angket. Tentu hal itu malah aneh," ujarnya.

Menurutnya, tetntu usulan angket akan menimbulkan kecurigaan DPR ingin melindungi politisinya.

"Kesan yang timbul adalah intervensi dan ini sangat buruk bagi wajah penegakan hukum Indonesia," katanya.

Sebaiknya DPR dan semua pihak menyerahkan pengusutan kasus mega korupsi tersebut kepada penegak hukum.

"Tidak perlu DPR ikut mau menyelidiki atau investigasi pada kasus ini bagaimana caranya," katanya.

Berulang-ulang isu angket muncul, lanjutnya, juga jadi tidak baik bagi citra DPR.

Seharusnya DPR mempelopori bagaimana cara masyarakat menghormati cara kerja hukum bukan malah merecoki dengan isu angket.

Kalau DPR berkepentingan untuk memperbaiki citranya terkait masalah ini, menurutnya, ada banyak cara lain.

Seperti mewanti-wanti agar jangan lagi ada permainan dan rekayasa atau suap untuk persetujuan anggaran yang bisa menimbulkan korupsi-korupsi baru.

Untuk itu, ia berharap ada keinginan bersama agar Indonesia bersih dari korupsi dan membiarkan penanganan korupsi e-KTP cepat tuntas.

Serta memidana siapa saja yang terbukti terlibat dan semoga KPK segera menerapkan TPPU agar kerugian Rp 2,3 triliun bisa optimal dirampas kembali.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas