Terduga Teroris Banten Sering Berlatih Panah Sore Hari di Depan Rumahnya
Bambang diduga masuk dalam jaringan kelompok Suryadi Masud. Dia dikabarkan pernah mengikuti pelatihan militer bersama kelompok teror di Filipina.
Penulis: Fahdi Fahlevi
Editor: Dewi Agustina
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Fahdi Fahlevi
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Rumah nomor 26 di Jalan Asia Afrika, Kedaung, Pamulang, Tangerang Selatan, tersebut didatangi oleh pasukan Densus 88 yang dibantu oleh pihak kepolisian Polres Tangsel, sekitar pukul 09.30 WIB, Jumat (24/3/2017).
Rumah tersebut adalah milik Bambang Eko Prasetio (36), terduga teroris yang ditangkap di sebuah bengkel di Jalan Aria Putra Sarua, Ciputat, Tangerang Selatan sekitar pukul 13.00 WIB.
Bambang diduga masuk dalam jaringan kelompok Suryadi Masud. Dia dikabarkan pernah mengikuti pelatihan militer bersama kelompok teror di Filipina Selatan.
Rumah bergaya minimalis bercat krem dengan pagar hitam setinggi 1,5 meter tersebut digeledah sekitar 2,5 jam hingga pukul 12.00 WIB.
Dari penggeledahan tersebut polisi membawa barang yang diletakkan dalam lima boks dan mobil Honda Mobilio yang terparkir di halaman rumah Bambang.
Penggeledahan tersebut disaksikan oleh Ketua RT 03/14, Edy, dan wakilnya, Rudiyanto, ayah Bambang, Hartono, serta tetangganya, Waris.
Rudiyanto, yang mengikuti jalannya penggeledahan, mengatakan polisi mengambil sejumlah perangkat komputer, buku, serta busur panah lengkap dengan targetnya.
"Polisi mengambil barang dari gudang di belakang rumahnya. Kalau busur diambil dari ruang buat ngejemur," ungkap Rudiyanto kepada Tribun.
Busur dan alat panah yang dimiliki disita Densus 88, menurut tetangganya, Wanto, kerap digunakan Bambang di depan rumahnya. Dia sering memanah di tanah kosong persis di depan rumahnya.
Tanah kosong yang memiliki luas sekitar 9x8 tersebut ditanami oleh pohon pisang. Wanto mengungkapkan Bambang sering berlatih memanah pada sore hari.
"Ini tanah bukan punya dia. Tapi dia suka latihan memanah disini. Kita sih tidak merasa terganggu, orang gak berisik juga," jelas Wanto.
Bambang ditangkap Densus 88 hampir berbarengan dengan terduga teroris lainnya.
Penangkapan dilakukan Densus 88 di lima titik wilayah Jawa Barat dan Banten, Kamis (23/3/2017) kemarin.
Selain Bambang, tujuh terduga teroris yang ditangkap kemarin adalah SM alias Abu Ridho, MU, Nanang Kosim alias NK, AM, AS, IW alias Icuk Pamulang, dan AJ.
Polisi paling banyak menangkap terduga teroris di depan pabrik semen PT Merah Putih, Jalan Raya Cilegon Anyer, Ciwandan, Cilegon, Banten.
NK tewas tertembak peluru petugas karena melakukan perlawanan dengan melepaskan tembakan dari senjata api jenis FN dan menabrak mobil anggota Densus 88.
Menurut tetangganya, Bambang bukan sosok yang tertutup dengan lingkungan sekitar. Dia sering bersosialisasi dengan warga.
Bambang bahkan sering bermain bulutangkis dengan warga. Dia juga aktif dalam kerja bakti warga.
"Cuma minggu kemarin doang dia tidak bantu," ujar Wanto.
Bambang telah tinggal di lingkungan tersebut selama lima tahun. Dia tinggal bersama istrinya, Eva, dan keempat anaknya.
Di lingkungan setempat, Bambang dikenal sebagai teknisi komputer atau IT. Dia kerap memperbaiki komputer warga yang rusak.
Bahkan Bambang menyediakan layanan jaringan internet kepada warga secara mandiri.
Baca: Tiga Tersangka Pungli Pelabuhan Samarinda Ditahan di Polda Metro Jaya
Jaringan Internet tersebut dipancarkannya melalui antena pemancar setinggi sekitar 10 meter yang berada di rumahnya.
"Kita bayar Rp 150 ribu ke dia setiap bulan. Dia emang jago sih ngerakit begituan (komputer)," ujar Wanto.
Berhenti Kerja, Istri Pakai Cadar
Di mata teman masa kecilnya, Gunawan, Bambang bukan merupakan sosok yang keras atau fanatik dalam agamanya.
Gunawan mengaku terakhir kali bertemu Bambang setahun yang lalu.
"Saya biasa manggil dia Ecoy, orangnya sih dulu biasa aja," aku Gunawan.
Gunawan mengatakan Bambang sempat menunjukkan perubahan ketika mulai berhenti dari pekerjaannya.
Setelah lulus dari Universitas Budi Luhur, Bambang sempat bekerja sebagai tenaga IT di sebuah bank swasta.
Namun pekerjaannya tersebut ditinggalkan Bambang setelah tiga tahun kerja. Dia juga menutup usaha warnet miliknya di daerah Ciputat.
"Dia sebenarnya, sudah kerja enak. Tiba-tiba dia berhenti," ungkap Gunawan.
Sementara itu menurut Wanto, Eva, istri Bambang juga mulai memakai cadar dalam setahun terakhir. Istri Bambang dikenal sebagai sosok yang tertutup dan jarang mengobrol dengan warga.
"Saya sih liat istrinya kalau dia lagi menyapu saja di depan. Selebihnya jarang mengobrol," jelas Wanto.
Sebelumnya Eva sering mengikuti pengajian dengan ibu-ibu lingkungan setempat. Namun belakangan istrinya sudah tidak mengikuti pengajian lagi.
Saat penggeledahan, istri dan keempat anak Bambang dibawa ke rumah orang tuanya di Ciledug.
Orang tua Bambang dikabarkan syok atas kejadian yang menimpa anaknya. Hartono, ayah Bambang, menyaksikan sendiri penggeledahan di rumah anaknya.
"Ayahnya bilang: 'Ya Allah, koq jadi begini semuanya," cerita Rudiyanto.
Bahkan ibu Bambang, yang berada di luar rumah Bambang juga menangis histeris kala rumah anaknya digeledah.
Ketika Tribun menyambangi rumah Hartono, istrinya mengatakan tidak siap untuk memberikan penjelasan.
"Maaf ya dek, saya tidak kuat untuk cerita," ujar ibu Bambang.