Pengamat Sebut Banyak Data Statistik Digunakan Hanya untuk Pencitraan
Didik J Rachbini menjelaskan bahwa banyak data statistik yang ada saat ini hanya untuk pencitraan.
Penulis: Amriyono Prakoso
Editor: Hasanudin Aco
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Direktur Institute for Development of Economics and Finance (Indef), Didik J Rachbini menjelaskan bahwa banyak data statistik yang ada saat ini hanya digunakan untuk pencitraan.
Terlebih, kata dia, dalam bidang pangan yang memiliki banyak ketidaksamaan data antara yang disampaikan dengan kondisi saat ini.
Produksi beras misalnya, pada tahun lalu antara 70-80 juta ton gabah kering giling (GKG), namun pada kenyataanya Indonesia masih melakukan impor beras.
"Kalau memang benar datanya seperti itu, kita bisa makan nasi lima sampai enam kali sehari. Ada saja pihak tertentu menaikkan data untuk pencitraan saja," jelas Didik saat ditemui di Kantor Wakil Presiden, Jakarta, Senin (3/4/2017).
Dirinya mengingatkan kepada siapapun yang menggunakan data statistik untuk mengungkapkan suatu kondisi untuk menjabarkannya sesuai dengan fakta yang ada.
"Jangan sekali-kali kita gunakan data statistik untuk kepentingan yang sifatnya sementara dan sifatnya tidak akurat. Jadi bukan berarti Pak JK mengatakan data statistik tidak penting, tetap penting, tapi jangan dipakai untuk alat kebohongan," kata dia.
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.