Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Tidak Berpengalaman, Hakim Heran Perusahaan Ini Menangkan Proyek Ratusan Miliar di Bakamla

Akan tetapi, PT Melati berhasil memenangkan tender pengadaan Monitoring Satelitte di Badan Keamaman Laut senilai Rp 200 miliar.

Penulis: Eri Komar Sinaga
Editor: Hendra Gunawan
zoom-in Tidak Berpengalaman, Hakim Heran Perusahaan Ini Menangkan Proyek Ratusan Miliar di Bakamla
TRIBUNNEWS/HERUDIN
Direktur Utama PT Technofo Melati Indonesia, Fahmi Darmawansyah, menjalani sidang lanjutan kasus suap Badan Keamanan Laut (Bakamla) di Pengadilan Tipikor, Jakarta, Senin (3/4/2017). Sidang kasus suap pengadaan monitoring satelite di Bakamla itu beragendakan mendengarkan keterangan dua saksi yakni Hardi Stefanus dan M Adami Okta. TRIBUNNEWS/HERUDIN 

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA- Majelis Hakim dibuat heran pengakuan Direktur Utama PT Melati Technofo Indonesia Sumario Heruwido. Perusahaan tersebut sebenarnya hanya mampu menangani proyek senilai Rp 15-20 miliar.

Akan tetapi, PT Melati berhasil memenangkan tender pengadaan Monitoring Satelitte di Badan Keamaman Laut senilai Rp 200 miliar.

"Saya hanya tanda tangan dalam konteks sedang diakuisi dalam konteks memang saya sebagi direktur utama," kata Sumario saat bersaksi di Pengadilan Negeri Tindak Pidana Korupsi, Jakarta, Jumat (7/4/2017).

Sesaat sebelum pengadaan proyek, PT Technofo memang diakusi PT Merial Esa yang dimiliki Fahmi Darmawansyah. Fahmi Darmawansyah mendapatkan proyek tersebut karena ditawarkan Ali Fahmi alias Fahmi Habsiy, staf pribadi bidang anggaran Kepala Badan Keamanan Laut Laksamana Madya Arie Sudewo.

Saat ditanya Hakim Anggota Jhon Halasan Butar Butar, Sumario juga mengungkapkan PT Melati Technofo Indonesia tidak berpengalaman dalam menangani monitoring satelitte. Perusahaan tersebut adalah perusahaan penyedia fiber optik.

"Bagaimana ini bisa terjadi, bisa menang?" tanya Hakim Jhon Halasan.

"Saya tidak tahu Yang Mulia," jawab Sumario.

Berita Rekomendasi

"Apa mungkin perusahaan belum punya pengalaman dimenangkan menangani proyek gede?" kembali Hakim Jhon Halasan bertanya.

"Saya tiidak tahu," jawab Sumario lagi.

Sumario mengaku hanya bertugas untuk membubuhkan tanda tangannya dalam kontrak. Selebihnya, dia tidak tahu apa yang terjadi.

Sekadar informasi, Bakamla sebenarnya memiliki pengadaan monitoring satelitte Rp 400 miliar dan drone . Karena pemangkasan anggaran, pengadaan drone ditidakan dan anggaran untuk monitoring satelitte hanya Rp 200 miliar dan digarap PT Melati Indonesia yang sudah dikuasai Fahmi Darmawansyah.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas