Gema Kosgoro Kutuk Pelaku Teror Novel Baswedan
Gema Kosgoro mendesak pihak kepolisian segera mengusut tuntas teror tersebut dan menangkap pelaku dan dalangnya
Editor: Eko Sutriyanto
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Gerakan Mahasiswa Kosgoro mengutuk keras serangan teror terhadap penyidik senior Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) Novel Baswedan.
Penyerangan terhadap Novel diduga kuat terkait kasus megakorupsi berjamaah e-KTP yang merugikan keuangan negara Rp 2,4 trilyun.
"Gema Kosgoro mengutuk keras serangan teror terhadap KPK. Kami mendesak pihak kepolisian segera mengusut tuntas teror tersebut dan menangkap pelaku dan dalangnya. Kami percaya polisi bisa," kata Ketua Umum DPN Gerakan Mahasiswa Kosgoro HM Untung Kurniadi dalam siaran persnya, elasa (11/3/2017).
Untung mencurigai serangan teror itu merupakan serangan balik para koruptor yang tidak nyaman aksi korupsi berjamaah dibongkar dan diseret ke meja hijau oleh KPK.
Terlebih Novel tengah mengusut kasus mega korupsi berjamaah e-KTP yang merugikan keuangan negara Rp 2,4 trilyun dan melibatkan sederet nama besar pejabat tinggi di tanah air.
"Teror ini harus diungkap tuntas. Negeri ini adalah negara hukum bukan negara teror. Polisi harus menangkap pelaku dan dalangnya dan kami sekali lagi yakin bahwa polisi bisa," kata Untung.
Serangan teror itu membuat publik teringat kembali pernyataan mantan Bendahara Umum DPP Partai Demokrat Muhammad Nazaruddin pada penghujung tahun 2013 di sejumlah media massa bahwa dia mengaku diancam dibunuh oleh mantan koleganya di DPR RI apabila membuka kasus mega korupsi e-KTP kepada KPK.
"Dengan adanya serangan teror ini maka polisi harus menindaklanjutinya dan melakukan pemeriksaan," kata dia.
Serangan teror terhadap Novel terjadi ketika Novel dalam perjalanan pulang selesai melaksanakan salat subuh di masjid dekat rumahnya.
Tiba-tiba, 2 orang mengendarai sebuah sepeda motor menyiram Novel dengan air keras.
Pelaku menggunakan cangkir melamin berwarna hijau untuk menyiram Novel.
Air keras itu mengenai sebagian mukanya.
Dahinya pun terluka karena saat lari hendak mencari air untuk membasuh muka, Novel menabrak pohon nangka.