Tradisi Unik di Toraja Sulawesi, Hidup Serumah dengan Orang Mati, Diperlakukan Bak 'Orang Hidup'
Semua orang melirik ke sebuah kamar yang terletak di sudut ruangan. Di sana ada seorang pria tua berbaring di tempat tidur berwarna-warni.
Editor: Hasanudin Aco
Kerbau diyakini menjadi pembawa jiwa ke alam baka dan itu sebabnya keluarga mengorbankan hewan itu sebanyak yang mereka bisa, untuk memudahkan perjalanan almarhum ke alam baka.
Masyarakat Toraja menghabiskan sebagian besar hidup mereka menabung agar bisa menghelat ritual ini.
Setelah tabungan para keluarga itu cukup, mereka mengundang semua teman-teman dan kerabat dari seluruh dunia. Semakin kaya almarhum semasa hidupnya, maka upacara yang diadakan pun lebih megah dan rumit.
Saya menghadiri prosesi pemakaman seorang pria bernama Dengen, yang meninggal lebih dari setahun lalu. Dengen adalah orang kaya dan berkuasa. Dalam pemakamannya yang berlangsung selama empat hari, sebanyak 24 kerbau dan ratusan babi dikorbankan untuk menghormatinya.
Kemudian, daging-daging itu dibagikan kepada para tamu selagi mereka merayakan kehidupan Dengen dan reinkarnasinya yang akan datang. Putranya mengatakan kepada saya bahwa pemakaman ayahnya menelan biaya lebih dari Rp664 juta - atau lebih dari 10 kali rata-rata pendapatan tahunan masyarakat setempat.
Saya langsung membandingkan pemakaman yang mewah, ramai -diisi dengan tarian, musik, dan tentu saja darah- dengan pemakaman ayah saya. Saat ayah saya dimakamkan, kami hanya mengadakan upacara kecil yang dihadiri keluarga dekat, di sebuah tempat yang kecil, gelap dan tenang.
Saya sangat sedih dan ada memori kelam di dalamnya, berbeda dengan pemakaman Dengen yang mewah.
Setelah pemakaman selesai, waktunya untuk mengantarkan jenazah.
Orang-orang Toraja yang sudah meninggal jarang dikuburkan dalam tanah. Sebaliknya, mereka dikebumikan di makam keluarga atau diletakkan di dalam atau di luar gua-gua, karena wilayah mereka dikelilingi pegunungan.
Gua-gua ini merupakan tempat yang tampaknya menghubungkan akhirat dengan dunia orang hidup.
Panjangnya mencapai beberapa kilometer dan berisi peti mati yang tak terhitung banyaknya, bahkan tengkorak dan tulang. Teman-teman beserta keluarga membawa "kebutuhan" untuk kerabat mereka yang sudah meninggal dunia, semisal uang dan rokok.
Tradisi suku Toraja lainnya adalah tau tau, patung yang merupakan representasi kedudukan sosial almarhum semasa hidupnya. Patung-patung kayu ini mengenakan pakaian, perhiasan dan bahkan rambut almarhum.
Harga rata-rata dari pembuatan patung-patung ini adalah sekitar Rp13 juta.