Saat Jokowi Penasaran Bagaimana Seorang Guru SMP Bagikan Buku di Pedalaman Papua
Misbach menceritakan bagaimana awal mulanya ia bisa memiliki tekad memberikan layanan buku kepada anak-anak di pedalaman Manokwari, Papua.
Penulis: Imanuel Nicolas Manafe
Editor: Malvyandie Haryadi
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Pemandangan berbeda terlihat di Istana Kepresidenan, Selasa (2/5) kemarin.
Angkot, pedati berkepala kerbau, hingga bemo sampai gerobak milik pedagang kaki lima, berjejer di Istana yang kesehariannya mendapat penjagaan super ketat ini.
Ternyata kendaraan-kendaraan ini bisa masuk lantaran diundang Presiden Joko Widodo (Jokowi). Presiden menggelar pertemuan dengan para pegiat minat membaca atau literasi di Istana dalam rangka memperingati Hari Pendidikan Nasional, 2 Mei 2017.
Baca: Benih-benih Intoleransi di Sekolah: Siswa Tolak Ketua OSIS yang Beda Agama
Disela-sela pertemuan itu, Presiden Jokowi kemudian meminta beberapa orang untuk menceritakan pengalamannya memberikan layanan bahan bacaan kepada masyarakat.
Adalah Misbach Subakti, seorang guru SMP yang melayani anak-anak di pedalaman Papua untuk bisa membaca dan menulis.
Misbach menceritakan bagaimana awal mulanya ia bisa memiliki tekad memberikan layanan buku kepada anak-anak di pedalaman Manokwari, Papua.
Baca: VIDEO: Tabrakan Maut Setelah Adu Kebut Dua Pengendara Motor di Surabaya
Sebagai pengajar di salah satu sekolah di Kabupaten Manokwari, Misbach melihat adanya 10 sampai 11 persen rendahnya daya membaca dan menghitung siswa baru tiap tahunnya.
"Saya coba dengan guru-guru yang berpandangan dan berpihak kepada saya untuk intervensi ke tengah masyarakat dengan pendekatan budaya," ujar Misbach.
"Dengan menyandang noken, kami bergerak bersama relawan keluar masuk kampung untuk mendekatkan buku-buku ini kepada siswa," kata Misbach.
Misbach memiliki harapan bahwa dengan buku ini dapat memberikan dampak. Pertama, terhadap lingkungan keluarga anak didik, kedua masyarakat yang tersentuh dengan pendekatan ini.
Presiden Jokowi merasa penasaran dengan cerita Misbach. Ia kemudian bertanya bagaimana caranya Misbach dan rekan-rekannya membagikan buku di pedalaman.
"Jadi ini ditampung, lalu datangi anak-anak atau anak-anak bagaimana?" kata Jokowi.
"Iya bapak, di kampung bagi kami masyarakat desa ada namanya Parapara. Jadi parapara di situ tempat anak-anak bisa bermain tanpa masuk ke teras rumah, tanpa takut dengan teras kotor. Jadi para relawan datang mendakati anak-anak yang sedang bermain di Parapara," kata Misbach.
Parapara yang dimaksud Misbach itu yakni semacam tempat duduk atau dikenal dengan nama Bale bagi masyarakat adat Betawi.
"Jadi dengan begitu anak tidak kaku harus membaca buku. Kalau ke perpustakaan anak-anak merasa asing, taku lantai kotor, buku rusak sehingga mereka menjauh karena merasa perpustakaan bukan milik meraka," ucap Misbach.
Jokowi kembali bertanya kepada Misbach mengenai koleksi buku yang ia miliki. Misbach menjelaskan saat ini pihaknya memiliki sekira 3.000 koleksi buku dan telah melayani 5 distrik atau kecamatan dengan berbagai moda angkutan.
Tantangan yang dimiliki Misbach saat ini adalah adanya kecemburuan dari daerah lain yang belum terlayani.
"Tantangan kita disana, satu daerah di layani, daerah lain cemburu, sehingga ada sekitar 3 kabupaten lain minta supaya noken pustaka mampu melayani mereka," kata Misbach.
Juga terlihat Gerobak hitam bertuliskan "Pustaka Bergerak Indonesia, Pedati Pustaka Bayalangu".
Pedati ini tak ditarik kerbau sungguhan melainkan ditarik sepeda motor bebek bernomor polisi E 5675 K. Ada kepala kerbau tiruan sebagai hiasan ditempatkan di dekat atap alang-alang.
Juga ada bemo ungu bertuluskan "Kutu Buku". Kebanyakan buku yang dimuat di belakangnya adalah buku-buku untuk menunjang pembelajaran anak-anak sekolah. Ada pula buku umum lain.
Angkot bernomor polisi D 1907 VP terlihat di sebelahnya. Angkot hijau juga memuat buku-buku bacaan dengan keterangan di atas rak "Baca Buku Gratis".
Di rak yang menempel di kaca belakang bagian dalam. Terselip buku berjudul, "Tuhan Tidak Perlu Dibela" karya Abdurrahman Wahid.
Usai berdialog dengan puluhan pegiat literasi atau minat membaca, Presiden kemudian menginstruksikan kepada Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Muhadjir Effendi untuk mengirimkan minimal 10 ribu buku ke daerah yang memerlukan.
"Oleh sebab itu tadi saya sudah memerintahkan kepada Mendikbud agar di setiap titik-titik itu dikirim paling tidak minimal 10 ribu buku," ujar Jokowi.
Jokowi mengungkapkan dari hasil dialognya bersama para pegiat minat membaca, ia mendapatkan informasi bahwa masih ada yang kekurangan buku. "Karena ada punya 100 tapi ada juga yang punya 7 ribu. Ada punya 200, tapi ada juga yang punya 5 ribu," kata Jokowi.
Presiden Jokowi juga mengapresiasi para pegiat minat membaca yang melakukan kegiatannya dengan menggunakan sarana yang ada, seperti angkutan umum, sambil menjajakan jamu atau makanan.
"Ini sebuah gerakan yang menurut saya sangat bagus sekali, tidak disentuh oleh pemerintah tapi mereka bergerak sendiri," tutur Jokowi. (tribun/nicolas manafe)