Pemuda Muhammadiyah Surat Komnas HAM dan Presiden Jokowi
TGPF bagi kami sangat penting untuk menguak fakta sesungguhnya di balik upaya teror sistematis
Penulis: Srihandriatmo Malau
Editor: Johnson Simanjuntak
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Pimpinan Pusat Pemuda Muhammadiyah menyurati Komnas HAM meminta untuk segera membentuk tim gabungan pencari fakta independen.
Surat yang bertandatangan Senin (22/5/2017) itu menurut Ketua Umum Pimpinan Pusat Pemuda Muhammadiyah Dahnil Anzar Simanjuntak bertujuan untuk menyelesaikan kasus penyiraman air keras kepada penyidik senior KPK, Novel Baswedan.
"Mengikuti perkembangan kasus penyiraman air keras kepada Novel Baswedan sampai detik ini, kami menilai penanganan yang dilakukan oleh pihak Kepolisian itu terkesan lambat dan tidak serius guna menemukan dan menyelesaikan kasus ini secara tuntas," ujar Dahnil Simanjuntak kepada Tribunnews.com, Senin (22/5/2017).
Untuk itu kata Dahnil Simanjuntak, Pimpinan Pusat Pemuda Muhammadiyah mendorong Komnas HAM segera membentuk tim independen dalam tempo yang sesingkat-singkatnya, demi tegaknya hukum dan keadilan di negeri ini.
"Karena apa yang dialami oleh Novel adalah terang teror yang mencederai HAM, mengancam hak untuk hidup dan bebas dari ketertakutan," ujar Dahnil Simanjuntak.
Permintaan yang sama juga disampaikan Pimpinan Pusat Pemuda Muhammadiyah kepada Presiden Joko Widodo (Jokowi) pada tanggal yang sama yakni, Senin (22/5/2017).
Kepada Presiden Jokowi, Pimpinan Pusat Pemuda Muhammadiyah juga menyatakan penanganan yang dilakukan oleh pihak Kepolisian itu terkesan lambat dan tidak serius guna menemukan dan menyelesaikan kasus ini secara tuntas.
Untuk itu Presiden Jokowi diminta segera membentuk tim gabungan pencari fakta independen untuk kasus penyiraman air keras kepada Novel Baswedan.
"TGPF bagi kami sangat penting untuk menguak fakta sesungguhnya di balik upaya teror sistematis terhadap penyidik senior KPK, Novel Baswedan," ujar Dahnil Simanjuntak.
Penyiraman air keras terhadap Novel terjadi pada 11 April 2017 oleh orang tidak dikenal seusai shalat Subuh di Masjid Al-Ihsan dekat rumahnya di kawasan Kelapa Gading, Jakarta. Penyiraman itu diduga dilakukan oleh dua orang yang berboncengan dengan sepeda motor.
Hingga lebih dari satu bulan, kasus tersebut belum menemukan titik terang penyelesaian.
Polisi belum bisa mengungkap eksekutor dan dalang dalam aksi teror tersebut.