Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Wakil Ketua Komisi I DPR: Pelibatan TNI Dalam Pemberantasan Teroris Adalah Keniscayaan

Wakil Ketua Komisi I DPR Tubagus Hasanuddin menilai pelibatan TNI dalam pemberantasan teroris adalah sebuah keniscayaan.

Penulis: Ferdinand Waskita
Editor: Adi Suhendi
zoom-in Wakil Ketua Komisi I DPR: Pelibatan TNI Dalam Pemberantasan Teroris Adalah Keniscayaan
dok. DPR RI
Wakil Ketua Komisi I DPR TB. Hasanuddin. 

Laporan Wartawan Tribunnews.com, Ferdinand Waskita

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Wakil Ketua Komisi I DPR Tubagus Hasanuddin menilai pelibatan TNI dalam pemberantasan teroris adalah sebuah keniscayaan.

"Berdasarkan kebutuhan yang tidak bisa kita hindari," kata Hasanuddin melalui pesan singkat, Rabu (7/6/2017).

Hasanuddin menjelaskan teroris harus dipahami bersama bukan sekedar para pelaku kejahatan pidana biasa.

Tapi, sudah merupakan kejahatan trans internasional dengan ideologi tertentu, organisasinya terstruktur, dananya pun terorganisir dan target akhirnya adalah ancaman terhadap keselamatan bangsa dan negara.

"Awalnya mungkin ya seperti di Indonesia, cuma muncul tiga atau lima orang teroris saja dan bisa dihabisi dengan cara konvensional dan pendekatan hukum," kata Hasanuddin.

Namun, Politikus PDI Perjuangan itu mengingatkan mereka memiliki cita-cita dan ideologi dan akan terus bermutasi dan bergerak membesarkan kemampuannya.

Awalnya, kata Hasanuddin, mereka akan melakukan operasi tertutup secara senyap (silent operation) dengan memanfaatkan jaringan dan sel-selnya untuk melakukan kegiatan teror.

Berita Rekomendasi

Pelakunya pun hanya dipilih dari mereka yang siap menjadi martir melalui peledakan bom atau model serangan lain.

"Sifatnya masih gerakan perorangan yang dilakukan kelompok kecil," katanya.

Tapi, kalau tim-tim kecil teroris sudah terorganisir, mereka akan bermutasi menjadi satuan-satuan gerilyawan.

"Ujung-ujungnya pasti akan melakukan perang terbuka," kata Hasanuddin.

Hasanuddin mencontohkan kasus di Iraq, Syria, dan terakhir di Marawi, Filipina.

"Kalau teroris sudah seperti di Marawi apakah kemudian baru diserahkan ke TNI untuk digempur?" kata Hasanuddin.

Hasanuddin menuturkan TNI membutuhkan banyak informasi sebelum bertempur seperti kemampuan intelejen musuh, susunan bertempur musuh (SBM).

Kemudian susunan persenjataan musuh (SPM), taktik bertempur musuh (TBM), dan lainnya.

Halaman
12
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2025 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas