Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Sofiuddin: HTI Gerbongnya Gerakan Dakhwah, Lokomotifnya Gerakan Politik

Islam Nusantara Center (INC) menurut inisiatornya, Dr. Jazilul Fawaid memang mendorong kajian-kajian Islam dan Kebangsaan.

Penulis: Hasanudin Aco
zoom-in Sofiuddin: HTI Gerbongnya Gerakan Dakhwah, Lokomotifnya Gerakan Politik
Istimewa/Tribunnews.com
Pustaka Compass kembali melauncing buku terbarunya berjudul "Gerakan Politik HTI, Mampukah Menjadi Gerakan Dakwah?" karya Sofiuddin M.Pd., di Islam Nusantara Center (INC), Selasa, (13/6/17). 

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA -  Pustaka Compass kembali melauncing buku terbarunya berjudul “Gerakan Politik HTI, Mampukah Menjadi Gerakan Dakwah ?” karya Sofiuddin M.Pd., di Islam Nusantara Center (INC), Selasa, (13/6/17).

Islam Nusantara Center (INC) menurut inisiatornya, Dr. Jazilul Fawaid memang mendorong kajian-kajian Islam dan Kebangsaan seperti pada hari ini.

Buku ini membuktikan bahwa di balik gerakan dakwahnya, HTI menjalankan gerakan politik.

Kegagalan HTI dalam memahami NKRI dan Pancasila. Sekaligus menawarkan Solusi menyikapi keberadaan HTI ini.

Dalam sambutannya, Sofiuddin mengatakan apakah HTI ini gerakan dakwah atau gerakan politik.

"Mengutip guru saya KH Hasyim Muzadi, HTI jika dilihat dari gerbong-gerbongnya adalah gerakan dakwah, yakni melihat dari pergerakan pengajian-pengajian, pertemuan-pertemuannya," kata Soifuddin.

Namun, lanjut dia, materinya mengarah pada keinginan mendirikan khilafah di Indonesia.

BERITA REKOMENDASI

"Bahkan dilihat dari lokomotifnya itu ternyata bermuatan gerakan politik. Gerbongnya gerakan dakwah, lokomotifnya gerakan politik,” kata Sofiuddin.

Dia melihat pernyataan-pernyataan Juru Bicara HTI Ismail Yusanto bahwa HTI adalah gerakan politik.

Terbukti ketika ditanya para wartawan bahwa HTI itu sebetulnya mau dikatakan sebagai partai politik tapi belum mememenuhi satu dari 4 syarat, yakni Pengkaderan, Agregasi, Artikulasi dan syarat keempat ini belum bisa terwujud yaitu representasi.

"Makanya disebut partai politik, menurut mereka partai politik minus representasi,” kata Sofiuddin, santri Abah Hasyim Muzadi ini.

Dalam penjelasannya, Sofiuddin mengaku bahwa bukunya tidak hanya sekedar menyikapi fenomena rencana pembubaran HTI belakangan ini, tapi bermula dari tahun-tahun sebelumnya, mulai tahun 2007 di Malang.


"Ia terlibat dalam diskusi-diskusi dan aktivitas HTI lainnya,' katanya.

Dalam bukunya tersebut, panjang lebar ia mengungkapkan latar belakang sejarah munculnya HT, khususnya di Indonesia. Diperkuat dengan data yang ia dapat sejak menjadi tim di Watimpres.

Halaman
12
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas