Daripada Full Day School, Pemerintah Disarankan Ubah Budaya Proses Belajar
Antarina menyarankan Pemerintah lebih baik untuk mengubah budaya proses belajar mengajar.
Penulis: Eri Komar Sinaga
Editor: Johnson Simanjuntak
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Pengelola Sekolah Highscope Indonesia Antarina F Amir mengungkapkan banyak hal yang lebih mendasar selain kebijakan full day school yang dirancang Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Muhadjir Effendi.
Antarina mengungkapkan dirinya lebih setuju untuk menyamakan pendekatan suasana proses belajar mengajar.
Soalnya, kata Antarina, jumlah jam belajar siswa itu bergantung kepada muatan kurikulum.
"Karena semua nitipin harus ini harus itu. Muatannnya jadi banyak. Tapi kalau muatannya diperkecil karena sekolahnya tidak bisa melaksanakan full day school, padahal suasana belajar itu sama, muatan belajar yang akan berpengaruh," kata Antarina saat diskusi bertajuk
'Full Day School, Jadi?'di RM Gado Gado Boplo, Menteng, Jakarta, Sabtu (17/6/2017).
Antarina menyarankan Pemerintah lebih baik untuk mengubah budaya proses belajar mengajar.
Pemerintah diharapkan mengembangkan proses belajar berbasis proyek karena di dalamnya terjadi pengembangan karakter.
"Ketika dia belajar kerja sama dengan yang lain, itu value penguatan karakter bisa. Kalau itu dikuatkan akan jauh lebih memberikan dampak kepada pengembangan karakter bukan hanya jumlah jam belajar, karena ini jadi isu yang berbeda di tempat lain," kata dia.
Sekadar informasi, Pemerintah melalui Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan telah mengeluarkan Peraturan Pemerintah Nomor 19 tahun 2017 tentang Perubahan Peraturan Pemerintah Nomor 74 tahun 2008 tentang Guru yang mulai berlaku 2 Juni 2017.
Peraturan Pemerintah ini mengatur penerapan delapan jam belajar sehari dan lima hari masuk sekolah dalam sepekan.