Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Syawaludin Cetak Buku Tulis yang Disusupi Pesan Radikal untuk Anak-anak

Buku-buku tulis tersebut sebagian ada yang sudah digunakan oleh anak-anak untuk menulis beberapa pelajaran.

Penulis: Theresia Felisiani
Editor: Johnson Simanjuntak
zoom-in Syawaludin Cetak Buku Tulis yang Disusupi Pesan Radikal untuk Anak-anak
Theresia Felisiani/Tribunnews.com

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Polisi menyita 155 buku tulis dari hasil penggeledahan di kediaman
Syawaludin Pakpahan (SP) tersangka dan pimpinan kelompok penyerangan ke Polda Sumatera Utara (Sumut).

Dari hasil penyitaan diketahui, buku tulis itu dicetak sendiri oleh Syawaludin dengan menyertakan pesan-pesan paham radikal untuk disebarkan ke anak-anak.

Pantauan Tribunnews.com, saat rilis Jumat (30/6/2017) siang di Mabes Polri diketahui di buku sampul depan ada gambar pendiri ISIS lalu di sampul belakang tertulis tulisan :

Barang siapa yang mati sedangkan ia belum pernah berjihat atau tidak meniatkan diri untuk berjihat maka ia mati di atas satu cabang kemunafikan.

Di dalam ‎buku tulis, di bagian atas tertulis pesan : diwajibkan atas kalian berperang. Di bagian bawah tertulis : Manusia yang berhukum bukan pada hukum Allah SWT adalah kafir.

Buku-buku tulis tersebut sebagian ada yang sudah digunakan oleh anak-anak untuk menulis beberapa pelajaran.

Karo Penmas Mabes Polri, Brigjen Rikwanto mengatakan dimana lokasi pencetakan buku tulis itu sudah diketahui, dan kini beberapa saksi dari pihak pencetakan tengah diperiksa.

Berita Rekomendasi

"Jelas buku ini memang menggambarkan ada upaya penggiringan pada anak-anak ke paham tertentu. Buku tulis ini beredar ke anak-anak di kalangan mereka," kata Rikwanto.

Seperti diketahui, komplotan terduga teroris jaringan ISIS menyerang pos piket penjagaan Pintu 3 (pintu keluar) Polda Sumut di Kota Medan pada Minggu (25/6/2016) bertepatan dengan Hari Raya Lebaran.

Dua orang pelaku, masuk ke Polda Sumut melompati tempok dan menyerang anggota jaga, Aiptu Martua Sigalingging Martua yang tengah istirahat di dalam pos hingga mengalami luka tikam dan lehernya digorok.

Penyerangan itu diketahui Brigadir Erbi Ginting yang sedang patroli di sekitar Polda Sumut. Brigadir Erbi Ginting memergoki dua laki-laki tidak dikenal kemudian menegur kedua orang tersebut.

Pelaku justru menyerang Brigadir Erbi Ginting sehingga ia berteriak meminta tolong pada piket Brimob yang berada di penjagaan pintu masuk (pintu 1) Polda Sumut.

Petugas melumpuhkan kedua pelaku, yakni Syawaluddin Pakpahan (43) hingga harus menjalani perawatan di RS Bhayangkara karena terkena tembak di kaki.

Seorang pelaku lainnya, Ardial Ramadhana alias Hardi (34) tewas ditembak usai menyerang Aiptu Martua Sigalingging di pos penjagaan.

Polisi telah menggeledah kediaman orang tua Ardial di Deliserdang. Sejumlah barang bukti sudah dilakukan penyitaan.

Penyidik Polda Sumut lalu melakukan penyidikan dan menangkap dua pelaku lain yakni Hendry Pratama alias Boboy (17) dan Firman Putra Yudi (32).

Atas perbuatannya, tiga pelaku yang masih hidup yakni Syawaluddin, Boboy dan Firmansyah Putra Yudi dijerat dengan Pasal 6,7 Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang No 1 tahun 2002 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Terorisme atau Pasal 340 KUHP Pidana.

Ketiganya pada Rabu (28/6/2017) siang dibawa ke Jakarta dengan pengawalan ketat dari Densus 88 Mabes Polri untuk penyidikan lanjutan.

‎Untuk satu tersangka yang meninggal dunia yakni Ardial Ramadhani ‎juga telah diserahkan ke keluarganya untuk dimakamkan.

Ardial dimakamkan Rabu (28/6/2017) di Perkuburan Islam, Jl Kemiri I Lingkungan I Kel Sudirejo II Kec Medan Kota.

Dia dimakamkan di atas kuburan kakeknya, neneknya, dan pamannya dalam satu lubang kubur yang sama. Prosesi pemakaman Ardial dihadiri oleh 15 anggota keluarga.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas