Ketika Romo Budi Ikut 'Merayakan' Lebaran, Seorang Pastor Katolik di Ungaran
Basuki selama ini dikenal oleh umat Katolik sebagai pelukis wajah Yesus yang hafal tanpa harus melihat gambar contoh.
Editor: Hasanudin Aco
Pada Hari Raya Idul Fitri, kendati seluruh keluarganya beragama Katolik, namun tetap didatangi warga masyarakat untuk saling bermaaf-maafan.
"Saya bersama teman-teman sebaya berkeliling dari rumah ke rumah untuk bersilaturahmi. Tak satu pun keluarga yang terlewatkan," ujarnya.
Merawat tradisi silaturahmi
Sesudah lulus SMP Negeri 1 Baturetno pada tahun 1984 dan masuk Seminari Menengah Mertoyudan untuk menempuh pendidikan sebagai calon imam, ia selalu menyempatkan diri untuk pulang kampung di saat hari raya Idul Fitri untuk merawat tradisi silaturahmi.
Sesudah menjadi Imam Diosesan Keuskupan Agung Semarang, pada 8 Juli 1996 lalu, setiap ada kesempatan liburan Idul Fitri, Romo Budi selalu pulang kampung merawat tradiasi silaturahmi Idul Fitri.
Pada Lebaran tahun ini, selain berziarah di makam Ibundanya, Romo Budi pun bersilaturahmi dengan sesepuh di desanya, antara lain Simbah Prawiro Sapari (84) dan Nyai Midi (75) keduanya adalah muslim yang taat.
Tak luput dari kunjungannya adalah Yu Darti yang sedang menderita stroke. Mereka yang dikunjungi menyambut bahagia. Dengan cara sederhana itu, Romo lulusan Fakultas Kepausan Teologi Wedabhakti Yogyakarta ini belajar merawat tradisi silaturahmi.
"Secara sosiologis, halal bi halal menjadi ajang untuk saling berkomunikasi demi terwujudnya hidup damai. Secara teologis, halal bi halal merupakan ajang untuk saling mengampuni," ucapnya.
Penulis: Kontributor Ungaran, Syahrul Munir
Berita ini tayang di Kompas.com dengan judul: Lebaran Ala Romo Budi, Seorang Pastor Katolik di Ungaran
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.