Soal Kebijakan 8 Jam Sekolah, Mendikbud: Jangan Tiru Finlandia dan Singapura
Menurut Muhadjir Effendy sistem pendidikan di kedua negara itu tidak bisa disamakan dengan Indonesia karena perbedaan jumlah penduduk yang besar.
Penulis: Rizal Bomantama
Editor: Hasanudin Aco
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Muhadjir Effendy mengaku mendapat kritik bertubi-tubi akibat dari kebijakan sekolah lima hari dalam seminggu yang tertuang dalam Permendikbud Nomor 23 Tahun 2017.
Menurut berbagai kalangan, sistem sekolah delapan jam dalam sehari berkebalikan dengan kondisi negara-negara dengan penilaian pendidikan yang bagus di dunia macam Finlandia dan Jepang.
Menurut Muhadjir Effendy sistem pendidikan di kedua negara itu tidak bisa disamakan dengan Indonesia karena perbedaan jumlah penduduk yang besar.
"Jumlah penduduk kedua negara itu hanya sekitar lima juta, tidak bisa dibandingkan dengan Indonesia dengan jumlah penduduk mencapai 250 juta jiwa. Walaupun jam sekolah empat jam, warga di sana pasti mempergunakan waktu anaknya di luar itu untuk pendidikan juga," kata dia.
"Karena kesadaran pendidikan di sana tinggi, penduduk di sana sudah hidup pada taraf menengah," jelas Muhajdir saat ditemui di SMP Labschool, Rawamangun, Jakarta Timur, Kamis (6/7/2017).
Baca: Sekolah Lima Hari Disalahartikan Jadi Full Day School, Ini Curhat Mendikbud Saat Sosialisasi
Muhadjir menjelaskan bahwa anak akan mendapat pendidikan yang berkualitas jika semakin lama berada di bawah pengawasan sekolah.
Ia menjelaskan bahwa hal itu sudah dilakukan oleh Jepang yang mengubah waktu sekolah menjadi 10 jam.
Walau begitu, Muhadjir menegaskan bahwa sistem sekolah delapan jam dalam sehari tidak melulu berkaitan dengan pendidikan akademis.
"Kalau memaksa anak untuk belajar delapan jam itu namanya intimidasi. Sekolah delapan jam itu bermaksud perbanyak pendidikan karakter melalui kegiatan kokurikuler dan ekstrakurikuler," pungkasnya.
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.