Sengaja Merekam Perundungan, Tanda Pelaku Tak Dapatkan Perhatian di Rumah
Muhammad Iqbal mengaku prihatin dengan kondisi anak sekarang yang kerap melakukan perundungan, salah satunya di Thamrin City.
Penulis: Vincentius Jyestha Candraditya
Editor: Hasanudin Aco
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Vincentius Jyestha
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Dekan Fakultas Psikologi Universitas Mercubuana, Muhammad Iqbal, mengaku prihatin dengan kondisi anak sekarang yang kerap melakukan perundungan (bully), salah satunya di Thamrin City.
Tak adanya perhatian yang didapatkan di rumah oleh pelaku perundungan, diakui Iqbal sebagai alasan pelaku merekam aksinya, Sabtu (22/7/2017).
"Itu perlu didalami. Namun dari pengalaman selama ini, hal itu mengarah kepada kurangnya perhatian keluarga terutama orangtua sehingga mereka butuh eksistensi diri," ujar Iqbal di Warung Daun, Jl Cikini Raya 26, Jakarta Pusat.
Pujian, apresiasi dan perhatian menjadi hal penting disini. Karena hal itu mempengaruhi psikologi anak.
"Kalau mereka nggak dapat (apresiasi) dirumah, ya cari ditempat lain. Kaya media sosial," ujar Iqbal.
Di era media sosial sekarang ini, mendapat likes yang banyak sudah bisa dianggap hebat dan keren.
Hal itu yang kemungkinan memicu para pelaku perundungan untuk melakukan tindakan yang tidak biasa untuk dianggap hebat.
"Namun pada akhirnya, pelaku justru bisa menganggap tindakan mereka adalah hal biasa karena tindakannya mendapatkan apresiasi," tuturnya kepada Tribunnews.com.
Iqbal mengatakan jika di cek satu per satu ke orangtua pelaku perundungan kemungkinan besar ditemukan sesuatu yang ganjil dalam kehidupan rumah tangganya.
"Hal semacam itu sangat berpengaruh terhadap perkembangan anak. Seperti pemberian hadiah hanya ketika anak ranking, itu harusnya jangan dilakukan," ujar Iqbal.
Apresiasi dan perhatian terhadap anak agaknya harus didahulukan agar anak sendiri mampu berperilaku tidak menyimpang.
Diberitakan sebelumnya, kasus perundungan terjadi di Thamrin City dimana siswa siswi SMP melakukan perundungan pada siswi SD.
Aksi ini sengaja direkam oleh para pelaku perundungan dan akhirnya viral di media sosial Instagram.
Pelaku perundungan dikeluarkan oleh pihak sekolah dan pemerintah menarik Kartu Jakarta Pintar (KJP) pelaku.