Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Diduga Ini Penyebab Polisi Belum Mampu Usut Tuntas Kasus Penyerangan Novel

Haris Azhar menyebut, kasus penyiraman air keras terhadap penyidik KPK Novel Baswedan seolah menjadi alat barter dalam kasus lain yang ditangani KPK.

Editor: Hasanudin Aco
zoom-in Diduga Ini Penyebab Polisi Belum Mampu Usut Tuntas Kasus Penyerangan Novel
TRIBUNNEWS/IRWAN RISMAWAN
Jurnalis anti korupsi melakukan aksi teatrikal penyiraman air keras kepada penyidik KPK Novel Baswedan di Gedung KPK, Jakarta, Selasa (20/6/2017). Aksi tersebut bertujuan memperingati hari ulang tahun Novel Baswedan ke-40 serta meminta pihak kepolisian untuk mengusut tuntas kasus penyiraman air keras kepada penyidik KPK Novel Baswedan.. TRIBUNNEWS/IRWAN RISMAWAN 

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Mantan Koordinator Kontras Haris Azhar menyebut, kasus penyiraman air keras terhadap penyidik KPK Novel Baswedan seolah menjadi alat barter dalam kasus lain yang ditangani KPK.

Ada barang bukti dalam kasus tertentu yang sengaja dirusak atau dihilangkan oleh orang dalam KPK. Oknum tersebut, diduga bekerja untuk kepentingan di luar KPK.

"Itu dijadikan tarik menarik dan tawar menawar dari kasus-kasus yang ditangani Novel," kata Haris di Gedung Dakwah Muhammadiyah, Jakarta, Rabu (26/7/2017).

Baca: KontraS: Kapolri Cuma Satu, Dia Harusnya Berani dan Bisa Ungkap Kasus Novel

Alat bukti yang dicuri itu sebagai alat tawar ke kepolisian. Jika polisi mengusut kasus Novel, maka bukti yang disembunyikan itu akan dibuka. Novel tahu soal itu dan marah.

"Kasus Novel ini tidak jalan-jalan karena kalau ada yang berani buka kasus Novel, maka orang yang buka akan dicarikan kesalahannya," kata Haris.

Haris menduga Kapolri Jenderal Pol Tito Karnavian dan pimpinan KPK mengetahui masalah tarik menarik tersebut. Termasuk beberapa barang bukti yang seolah menghilang seperti sidik jari di cangkir yang digunakan untuk menyiram Novel.

Haris mempertanyakan alasan pimpinan KPK dan Polri seolah menyembunyikan hal tersebut.

Berita Rekomendasi

"Kalau saya saja tahu, masa Kapolri dan Ketua KPK enggak tahu? Dan saya tahu mereka tahu kondisi ini," lanjut dia.

Kepala Pimpinan Pusat Pemuda Muhammadiyah Dahnil Anzar Simanjuntak mengatakan, penyanderaan kasua Novel tak hanya dilakoni pemain tunggal.

Selama ini publik mengkaitkan kasus Novel hanya pada kasus dugaan korupsi e-KTP di mana Novel menjadi kepala satgas penyidikan.

"Ada dugaan lain. Misalnya ada barang bukti yang hilang terkait dengan petinggi aparatur negara untuk mengatur mengamankan itu (kasus). Itu ada dugaan di situ, ada yang dendam. Itu yang disampaikan Novel," kata Dahnil.

Penulis: Ambaranie Nadia Kemala Movanita
Berita ini tayang di Kompas.com dengan judul: Aktivis Duga Kasus Novel Jadi Barter untuk Kasus Lain, Ini Buktinya...

Sumber: Kompas.com
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas