Menteri Basuki Terima Gelar Perekayasa Utama Kehormatan Bidang Infrastruktur dari BPPT
Basuki Hadimuljono menerima gelar Perekayasa Utama Kehormatan (PUK) Bidang Infrastruktur Tahun 2017
Editor: Johnson Simanjuntak
“Hasilnya, peringkat daya saing infrastruktur Indonesia, mengalami peningkatan dari posisi 92 pada tahun 2013, dan dalam kurun lima tahun berikutnya, 2017, kita telah berada pada urutan 60. Kita menyadari sepenuhnya bahwa infrastruktur yang andal merupakan kunci utama dalam meningkatkan daya saing Indonesia dalam konteks kompetensi global yang semakin ketat, "kata Menteri Basuki
Namun menurutnya capaian itu masih belum memadai karena Indonesia masih tertinggal jauh dari negara maju seperti Jepang, Amerika Serikat, Inggris dan Perancis. Bahkan sejak beberapa dekade terakhir, Indonesia juga tertinggal dari Tiongkok, Singapura dan Malaysia.
"Kini rakyat Indonesia pun memiliki ekspektasi yang lebih tinggi atas layanan infrastruktur yang lebih berkualitas, sehingga sudah selayaknya kita memberikan respon yang tepat atas tuntutan masyarakat tersebut secara adil sesuai dengan prinsip infrastructure for all," katanya.
Menteri Basuki juga mengatakan, lahirnya infrastruktur yang berkualitas tidak dapat dilepaskan dari perencanaan dan pemrogaman yang matang dan terlembaga dengan baik. Karena itu di tahun 2015, Kementerian PUPR melahirkan unit baru bernama Badan Pengembangan Infrastruktur Wilayah (BPIW) sebagai wujud inovasi kelembagaan.
Proses perencanaan berjalan lebih terpadu dan pemrograman pembangunan infrastruktur berjalan lebih sinkron dan terukur, sesuai fungsi, lokasi, waktu dan anggaran dengan pendekatan Wilayah Pengembangan Strategis (WPS).
Untuk terus meningkatkan layanan infrastruktur dan daya saing Indonesia, Menteri Basuki menyatakan ada lima inovasi utama dalam akselerasi pembangunan infrastruktur, yakni kerangka hukum dan perundangan yang kondusif, inovasi pembiayaan dan pendanaan pembangunan infrastruktur, kepemimpinan yang kuat, koordinasi antar lembaga yang solid, dan juga penerapan hasil penelitian dan teknologi terbaru.
Khusus mengenai faktor kelima, percepatan pembangunan infrastruktur hanya dapat dilakukan dengan dukungan hasil riset dan teknologi inovatif.
Melalui Balitbang, Kementerian PUPR telah menghasilkan lebih dari 25 teknologi bidang jalan dan jembatan yang mampu mendukung kebutuhan program peningkatan konektivitas antara lain, Teknologi ¬Corrugated Mortar Busa Pusjatan (CMP) yang telah diterapkan dalam pembangunan Flyover Antapani di Bandung dan Flayover Klonengan di Brebes yang konstruksinya dapat diselesaikan dalam waktu sekitar 4 bulan atau penghematan waktu 50 persen, serta penghematan biaya hingga 70 persen.
Pada bagian akhir orasinya Menteri Basuki menyampaikan amanah dari para perekayasa, agar Jabatan Fungsional Perekayasa dapat diberikan hak yang sama dengan jabatan fungsional lainnya, khususnya peneliti.