Pesona Bung Karno di Mata Wanita: Doyan Pencitraan, Tapi Selalu Sopan dan Hormat pada Wanita
"Betapa baiknya Bung Karno, saya tidak percaya beliau dianggap jahat atau terlibat dalam kejahatan," kata Rima Melati.
Editor: Hasanudin Aco
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Bung Karno pernah berkata, "Dunia indah karena kaum wanita". Kepiawaian Sang Proklamator menempatkan diri dalam keindahan itu bahkan membuatnya larut, sehingga terkesan menjadi kelemahan.
Benar atau salah, nyatanya tak sedikit wanita mengaguminya tanpa peduli akan subjek “kelemahan" atau "kekuatan"-nya, seperti dituturkan beberapa wanita yang pernah mengenalnya dari dekat.
“Bung Karno selalu memperhatikan secara detail setiap situasi. Sebelum berbicara di sebuah acara, ia memperhatikan siapa yang akan mendengarkan, latar belakangnya, secara saksama," cerita Minarsih (Mien) Soedarpo (77), istri pengusaha Soedarpo Sastrosatomo, komisaris PT Samudra Indonesia yang pernah menjadi konsul RI di AS.
Bagi pihak yang diperhatikan, apalagi secara saksama, sikap Bung Karno itu bisa membuahkan seribu penafsiran.
Temtama bagi para wanita, seperti acap terungkap dalam sejarah, proklamator RI itu memiliki pesona amat besar.
Suatu saat di akhir 1950-an, Mien, mewakili Gerakan Wanita Sosialis, hadir dalam sebuah acara di Istana Merdeka yang mengundang semua organisasi wanita.
Halaman belakang istana penuh, banyak undangan yang berdiri karena tak kebagian kursi.
Bung Karno berteriak, "Hei, hei, wanita-wanita cantik yang pakai kelom geulis (bakiak cantik Bandung yang waktu itu sedang jadi mode - Red.), mari ke sini! Duduk dekat saya."
Kontan, para wanita berlarian mendekati Bung Karno.
"Yang sudah bersusah-payah mendapatkan kursi rela kehilangan. Semua berebut untuk mendekat. Begitu kuatnya daya tarik Bung Karno!" kenang Mien.
Garansi Bung Karno
Presiden pertama RI itu memang ramah dan tahu tata krama.
Di hadapan wanita ia sangat mampu menempatkan diri, bahkan di hadapan wanita yang menarik perhatiannya, ia tahu diri manakala ditolak atau situasi tidak memungkinkan.
Mien yang sudah kenal Bung Karno sejak 1946, karena ayahnya, Wiranatakusumah, adalah Mendagri kabinet pertama dan kemudian menjadi ketua DPA, suatu ketika diundang Bung Karno dan Ny. Fatmawati (ketika itu sedang mengandung Megawati) ke Yogyakarta.
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.