Pihak yang Permasalahkan Patung Tuban Silahkan Datang Ke Klenteng Kwan Sing Bio
Patung Patung Kongco Kwan Sing Tee Koen di Klenteng Kwan Sing Bio, Tuban,Jatim, dipermasalahkan sejumlah pihak karena dianggap melecehkan nasionalisme
Editor: Ferdinand Waskita
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA --- Patung Patung Kongco Kwan Sing Tee Koen di Klenteng Kwan Sing Bio, Tuban, Jawa Timur, dipermasalahkan sejumlah pihak karena dianggap melecehkan nasionalisme.
Ketua Umum Ketua Umum Majelis Tinggi Agama Khonghucu Indonesia (MATAKIN) Uung Sendana menilai hal itu terjadi karena politisiasi.
"Menurut saya sih jangan dipolitisir ya, ini murni agama, artinya penghormatan terhadap Kuang Kong, tidak ada katiannya dengan politik, apalagi pahlawan nasional, jauh sekali," ujarnya saat dihubungi Tribunnews.com, Kamis (10/8/2017).
Baca: Ketika Gibran Bergaya Kasual dan AHY yang Terlihat Klimis Bertemu di Istana
Uung menyebut hubungan klenteng dengan masyarakat sekitar selama ini baik-baik saja.
Klenteng Kwan Sing Bio terbuka untuk masyarakat non-Konghucu. Uung Sedana menyebut setiap orang bisa saja menumpang tidur di klenteng. Pihak klenteng akan dengan sangat senang hati menjamu setiap tamunya.
Saat peresmian patung tersebut pihak Klenteng sempat menggelar acara yang turut mengundang artis-artis ibukota. Warga Tuban dan sekitarnya pun ikut menikmati suguhan yang digelar.
Belakangan patung tersebut dipermasalahakan, dan bukan oleh warga sekitar Klenteng.
"Keberadaan patung juga adanya di dalam, tidak terlihat dari luar. Masuk ke gerbang Klenteng juga tidak bisa langsung melihat patung tersebut. Jadi tidak seperti yang dituduhkan orang-orang," katanya.
"Orang-orang yang selama ini terprovokasi di dalam medsos atau gimana, bila perlu diajak ke sana, melihat keadaannya," tutur Uung Sedana.
Baca: Kakek Tewas Saat Akan Tancap Bendera Merah Putih
Tokoh yang patungnya dibangun setinggi 30 meter itu, adalah Kongco Kwan Sing Tee Koen yang bernama asli Guan Yunchang atau Kwan Yintiang, atau juga dikenal sebagai Guan Yu, Kwan Kong, Guan Gong atau Kwan Ie.
Ia adalah seorang jendral yang hidup di awal abad masehi, yang ditokohkan karena kesetiannya terhadap sang atasan, yakni Liu Bei.
"Kuan Kong sama seperti Santo atau Aulia, yang dihormati karean kesetiannya sama peegang teguh kepercayaannya," ujar Uung Sedana.
Ia berharap persoalan tersebut bisa cepat selesai, sehingga kehidupan masyarakat bisa kembali berjalan dengan norma, dan semangat Bhineka Tunggal Ika bisa tetap terjaga.
Jika pada akhrinya pihak kelenteng harus dikalahkan, ia menganggap hal ini sebagai ancaman untuk intoleransi di daerah lain, dan tidak hanya akan menimpa masyarakat Konghucu saja.