Kehidupan Kalau Tanpa Kerukunan Maka Seluruhnya Akan Sengsara kata KH Ahmad Satori Ismail MA
Hari raya Idul Adha merupakan sarana bagi umat manusia untuk berbagi kepedulian antar sesama dalam bingkai Bhinneka Tunggal Ika.
Editor: Toni Bramantoro
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Hari raya Idul Adha merupakan sarana bagi umat manusia untuk berbagi kepedulian antar sesama dalam bingkai Bhinneka Tunggal Ika.
Karena ibadah dan hidup bersama-sama di dalam agama islam itu sendiri selain punya dampak individu tapi juga harus punya dampak sosial.
“Karena di Idul Adha pada10 hari pertama kita disunnahkan untuk berbuat kebajikan, berbuat amal soleh, tolong menolong dan disunnahkan berpuasa dari tanggal 1 sampai 9 Dzulhijjah,” ungkap Ketua Ikatan Dai Indonesia (Ikadi) Prof. Dr. KH. Ahmad Satori Ismail, MA, Kamis (31/8/2017).
Dikatakan Guru Besar Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah ini, di dalam Idul Adha juga disunnahkan kepada umat muslim untuk meningkatkan kepedulian yaitu menyembelih hewan pada tanggal 10 Dzulhijjah dan tanggal 11 sampai 13 Dzulhijjah
“Diharapkan dengan melalui qurban, kita bisa berbagi kepada tetangganya pada seluruh orang-orang yang khususnya sangat membutuhkan kepedulian itu. Disinilah kepedulian rasa persatuan itu diharapkan akan meningkat,” jelasnya.
Kedua, kepada para penceramah atau khotib di dalam sholat Idul Adha diharapkan dapat menyampaikan hal-hal yang indah dalam artian tentang masalah kebersamaan, kehidupan berbangsa dan bertanah air untuk menjaga kerukunan antar sesama umat manusia, agar jangan sampai terpecah
"Kehidupan kalau tanpa kerukunan maka seluruhnya akan sengsara. Tanpa kebersamaan kehidupan ini akan sengsara, tanpa tolong menolong kehidupan ini juga akan menjadi saling mengeksploitasi," tutur Kiai Satori.
Hal-hal seperti itu, lanju, perlu disampaikan dalam berbagai cara sehingga akan terwujud bangsa yang kuat, bangsa yang saling tolong menolong, bukan bangsa yang saling merusak antar sesama umat.
Demikian juga dengan pembagian hewan qurban itu sendiri tidak hanya untuk sesama muslim. Hewan qurban itu diberikan kepada orang-orang yang membutuhkan.
Ada tiga pembagiannya yakni untuk yang berkorban itu sendiri, untuk keluarganya dan untuk orang-orang yang sekelilingnya khususnya fakir miskin. Dan fakir miskin itu mutlak apakah dia itu muslim atau non muslim.
"Saya lihat selama ini sih baik-baik saja, demikian juga kalau di daerah-daerah, baik yang minoritas ataupun yang mayoritas. Semuanya bisa berjalan dengan baik dan saling rukun. Buktinya di tempat-tempat atau masjid-masjid yang banyak menyembelih hewan qurban telah di distribusikan ke daerah yang kekurangan. Termasuk ke panti asuhan non muslim pun juga dikasih. Ini telah menunjukkan adanya persatuan antar umat manusia," paparnya.
Ia mencontohkan, di Timur Tengah yang qurbannya melimpah seperti di Arab Saudi yang jutaan orang yang berhaji dan menyembelih kurban juga banyak daging-dagingnya diawetkan lalu disebar ke negara-negara yang membutuhkan. Diantaranya ke negara Miskin di Afrika, tanpa memilah-milah agama mereka.
"Jadi momentum Idul Adha ini adalah momentum yang tepat untuk menjaga persatuan dan kerukunan antar sesama umat. Karena sesama muslim saja tidak bisa menjaga persatuan, maka bukan hanya dapat merusak dirinya sendiri, tapi rasa mencintai antar sesama atau mencintai terhadap bangsanya sendiri juga tidak ada.," urai Kiai Satori.
Ia yakin, kalau bangsa Indonesia bisa mencintai antar sesama di lingkungan sekitarnya,. Karena dengan kalau kita bisa mencintai antar sesama di lingkungan sekitarnya saja rasa persatuan itu bakal lebih kuat.
Apalagi bisa mencintai kelompok lain maka rasa persatuan untuk dapat mencintai bangsanya pasti akan kuat.
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.