Pemuda Muhammadiyah Minta Nobel Perdamaian Aung San Suu Kyi Dicabut
Dahnil menilai wanita yang saat ini menjabat sebagai penasehat negara Myanmar itu tak berdaya menghentikan pembantaian
Penulis: Rizal Bomantama
Editor: Johnson Simanjuntak
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Ketua PP Pemuda Muhammadiyah Dahnil Anzar Simanjuntak meminta gelar Nobel Perdamaian ikon demokrasi Myanmar Aung San Suu Kyi dicabut.
Dahnil menilai wanita yang saat ini menjabat sebagai penasehat negara Myanmar itu tak berdaya menghentikan pembantaian terhadap etnis Rohingya di Rakhine.
"Kami meminta Komite Hadiah Nobel mencabut penghargaan kepada Aung San Suu Kyi. Karena terbukti misi perdamaian hanya didengungkan untuk membebaskan dirinya bukan untuk perjuangan atas nilai kemanusiaan," jelasnya di Jakarta, Kamis (7/9/2017).
Baca: Aung San Suu Kyi: Kabar Bohong yang Dibuat untuk Mempromosikan Kepentingan Teroris
Dahnil mengungkapkan dunia internasional kini menyangsikan gelar Aung San Suu Kyi itu terhadap upaya menghentikan pembantaian massal etnis Rohingya.
Ia juga mendesak pemerintah Indonesia tidak hanya melakukan 'soft diplomasi' kepada Myanmar tetapi juga 'political pressure diplomacy'.
"PBB perlu menyeret pihak yang terbukti melakukan kekejaman itu ke Mahkamah Kejahatan Internasional," katanya.