Pemuda Harus Memulai Tahapan Penghayatan dan Pengamalan Pancasila
Ada kecenderungan Pancasila tidak dihayati dan diamalkan dalam kehidupan sehari-hari melainkan hanya dihafalkan
Editor: Hasiolan Eko P Gultom
TRIBUNNEWS.COM, MALANG – Sejumlah mahasiswa Universitas Brawijaya yang tergabung dalam Lingkar Studi Pancasila Brawijaya menggelar diskusi santai bertemakan “Peranan Organisasi Kepemudaan Dalam Menangkal Organisasi Masyarakat Anti-Pancasila”, di Kopilogi Cafe, di Kawasan Jalan Idjen Kota Malang, Jumat (15/9/2017).
Dalam diskusi tersebut, dua pemateri kharismatik dihadirkan, yaitu, Ahmad Imron Rozuli, dosen senior Jurusan Sosiologi Universitas Brawijaya dan Ahmad Baihaqi Kadmi, jurnalis senior Malang Times.
Acara diskusi ini berlangsung gayeng dan diwarnai antusiasme sekitar 30 peserta yang sudah memadati lokasi diskusi 30 menit sebelum dimulai.
Pemateri pertama, Ahmad Baihaqi Kadmi atau akrab disapa “Gus Bai”, menyampaikan beberapa poin terkait Pancasila pada saat ini, di antaranya, kecenderungan Pancasila tidak dihayati dan diamalkan dalam kehidupan sehari-hari melainkan hanya dihafalkan dan dijadikan hiasan.
“Pancasila adalah komitmen teguh dari semua elemen bangsa untuk hidup bersama, menjalin kasih sayang dan empati dan mengutamakan musyawarah dengan dijiwai ketaqwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa sehingga tercipta Keadilan bagi seluruh rakyat Indonesia,” kata Gus Bai dalam pemaparannya
Gus Bai mengutip pernyataan Duta Besar Palestina untuk Indonesia Pancasila adalah rahmat yang tiada tara yang mempersatukan sekian ratus keragaman.
Jazirah Arab yang cenderung homogen justru saat ini terjebak perang tanpa ujung yang mencerai-beraikan umat.
Gus Bai menyerukan pemuda harus mau menelusuri sejarah perjuangan bangsa yang penuh nilai luhur dan keunikan dibanding bangsa lain, termasuk sejarah lahirnya Pancasila.
“Dari proses penelusuran sejarah, tahapan selanjutnya adalah melakukan penghayatan terhadap masing-masing sila hingga Pancasila benar-benar merasuk di dalam jiwa sehingga menjadi cara pandang terhadap dunia sekaligus menjadi pusat pengendalian diri dalam setiap perbuatan,” katanya.
Setelah melalui proses penghayatan, kata dia, maka Pancasila harus diaplikasikan dalam kehidupan bermasyarakat sehari-hari mulai dari hal-hal yang kelihatannya sepele.
Di akhir pemaparannya, Gus Bai berpesan yang paling bisa diharapkan memperbaiki keretakan-keretakan bangsa akibat tidak diamalkannya Pancasila adalah pemuda utamanya mahasiswa.
“Karena itu, pemuda hari ini harus segera melakukan tahapan-tahapan penghayatan dan pengamalan Pancasila agar distorsi kebangsaan oleh kelompok anti-Pancasila bisa ditangani dengan lebih mudah dan ampuh,” kata dia.
Adapun pemateri kedua, Ahmad Imron Rozuli atau akrab disapa “Cak Imron” memaparkan sekilas tentang Komunis.
Cak Imron mengutip pernyataan Franz Magnis-Suseno bahwa semakin orang paham tentang Komunis, maka tidak sekalipun akan mencita-citakannya.
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.