Ibu Taruna Akpol yang Jadi Korban Penganiayaan Enggan Tanggapi Kasus yang Menimpa Anaknya
Rumah berpagar biru dan menjorok ke bawah itu, merupakan kediaman dari almarhum Muhammad Adam atau yang akrab dipanggil Nando.
Penulis: Amriyono Prakoso
Editor: Malvyandie Haryadi
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Sebuah rumah yang terletak di jalan Murtado nomor 21, Cipulir, Jakarta Selatan tampak senyap.
Tidak ada aktivitas sang pemilik rumah dengan panjang 12 meter tersebut. Hanya ada dua buah lampu menyala berwarna putih di atas pintu utama dan jendela.
Rumah berpagar biru dan menjorok ke bawah itu, merupakan kediaman dari almarhum Muhammad Adam atau yang akrab dipanggil Nando. Seorang taruna Akademi Kepolisian yang meregang nyawa di tangan seniornya pada Mei 2017 lalu.
Tak banyak suara yang terdengar dari luar, hanya suara siaran televisi yang dibiarkan oleh si empunya. Saat diketuk, seorang perempuan menjawab salam dari Tribun. Masih mengenakan mukena, dia hanya membuka pintunya sedikit.
Ketika Tribun mencoba untuk mewawancarai dia, ibu itu enggan untuk menanggapi dan meminta maaf agar tidak menanyakan perihal kasus yang membawa 14 taruna akpol lainnya ke pengadilan.
"Mohon maaf, mas. Saya sudah tidak mau wawancara. Mohon maaf sekali," kata dia terburu-buru.
Begitu pula saat Tribun meminta sedikit tanggapan mengenai jalannya sidang pada Selasa (19/9) lalu di Semarang, Jawa Tengah. "Itu urusan pengadilan di sana saja, mas. Mohon maaf, mas," ucapnya menutup pintu.
Dikunjungi Teman
Seorang tetangga yang tidak jauh dari rumah Nando menyebut, aktivitas keluarga orangtua Nando tampak hening beberapa bulan terlahir. Namun demikian, ibu dari pemuda Akpol tingkat II Brigadir Dua Taruna (Brigdatar) itu, dikenal sangat ramah dan baik kepada tetangga.
"Kalau baik, mah baik banget. Sama kayak Mas Nando, baik banget sama tetangga. Sering ngobrol dan ketawa-ketawa kalau lagi pulang ke rumah," jelas tetangga Nando yang enggan disebutkan namanya.
Meski sudah lima bulan ditinggal oleh anaknya, segerombolan polisi muda masih sering terlihat main ke rumah yang berada di gang sempit itu. Polisi-polisi itu mengaku sebagai teman satu angkatan Nando di Akademi Kepolisian.
"Masih main kok. Kadang, Sabtu atau Minggu ke sini. Kadang, hari-hari biasa juga masih suka kumpul," kata dia.
Begitu juga saat beberapa kali keluarga itu mengadakan tahlilan dan pengajian untuk mendoakan mendiang pria yang masuk di Akpol Semarang itu.
Saat ditanya, adakah kemungkinan pejabat kepolisian datang untuk sekedar bertamu ke rumah itu. Tetangga yang bertempat tinggal sekitar 20 meter dari rumah Muhammad Adam itu, mengaku tidak mengenal.
"Saya tahunya hanya pak polisi saja sudah. Kebanyakan yang datang masih muda-muda. Biasanya kan belum jadi pejabat yang seperti itu," tandasnya.
Ia hanya mengenal paman dari Nando yang juga merupakan anggota kepolisian bernama Ujang. Ujang pun, kata dia, kerap kali datang sendiri ke rumah induk keluarga itu tanpa didampingi polisi yang lain. Sedang ayah Nando, Asriandi Umar sudah memiliki rumah sendiri yang juga difungsikan sebagai kantor pengacara di kawasan Ciputat, Tangerang Selatan.(tribunnews/rio)
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.