Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

GALERI FOTO: Begini Suasana Saat Letusan Gunung Agung Bali Tahun 1963

Sejumlah warga di Bali masih mengingat saat-saat dunia mereka berubah, seiring meletusnya Gunung Agung, pada tahun 1963.

Editor: Hasanudin Aco
zoom-in GALERI FOTO: Begini Suasana Saat Letusan Gunung Agung Bali Tahun 1963
Robert F. Sisson/National Geographic/Getty Images via All BBC
Gunung Agung masih mengepulkan asap pada 1 April 1963 hampir dua pekan setelah letusan besar yang memporak-porandakan bali. 

TRIBUNNEWS.COM, BALI -  Sejumlah warga di Bali masih mengingat saat-saat dunia mereka berubah, seiring meletusnya Gunung Agung, pada tahun 1963.

Berikut ini adalah foto-foto di berbagai pelosok bali, khususnya yang direkam pada 1 April 1963, hampir dua pekan setelah letusan besar, pada 17 Maret 1963.

Berbagai pertanda sudah muncul sejak awal, sebelum kemudian terdengar dentuman keras pada 18 Februari 1963, diikuti kepulan asap yang membumbung dari puncak Gunung Agung.

Lahar mulai mengair keluar pada 24 Februari. Namun baru pada 17 Maret 1963, Gunung Aung meletus dengan hebat.

Baca: Perkenalkan! Si Cantik Milka, Pegawai Puskesmas yang Jadi Menantu Ketua MPR Zulkifli Hasan

Ribuan warga terusir dari rumah dan kampung mereka yang dihancurkan letusan gunung, dan harus mengungsi ke tempat yang lebih aman.
Ribuan warga terusir dari rumah dan kampung mereka yang dihancurkan letusan gunung, dan harus mengungsi ke tempat yang lebih aman. (Robert F. Sisson/National Geographic/Getty Images)

Bali tiba-tiba gelap dan seluruh kawasan tertutup abu.

"Malam (seolah) terjadi dua kali, jam dua sudah gelap tak keliatan apa-apa. Gelap gulita, anak-anak dipulangkan," cerita Ida Peranda Kania.

Seorang warga desa, pengungsi letusan Gunung Agung, berdoa kepada para dewa-dewi, setelah mencapai titik aman.
Seorang warga desa, pengungsi letusan Gunung Agung, berdoa kepada para dewa-dewi, setelah mencapai titik aman. (Terence Spencer/The LIFE Images Collection/Getty I )
Berita Rekomendasi

Saat letusan terjadi, ia sudah menjabat sebagai kepala SD Sanglah, Badung Utara, yang terletak sekitar 50 kilometer dari kawasan bencana.

Letusan itu memuntahkan lahar dan bebatuan hingga 8-10 km ke udara.

Gelombang di sungai-sungai di Bali, benuh dengan lumpur dan abu -dan puing.
Gelombang di sungai-sungai di Bali, benuh dengan lumpur dan abu -dan puing. (Terence Spencer/The LIFE Images Collection/Getty I)

Lahar panas dan bebatuan kemudian menerjang desa-desa sekitar menewaskan 1500an orang.

Gubernur Bali, I Made Mangku Pastika, baru lulus Sekolah Rakyat (setaraf SD) saat letusan dan ikut merasakan gelap.

Para pengungsi menyelamatkan barang-barang yang bisa dibawa dari rumah-rumah mereka yang harus ditinggalkan akibat letusan gunung Agung 1963.
Para pengungsi menyelamatkan barang-barang yang bisa dibawa dari rumah-rumah mereka yang harus ditinggalkan akibat letusan gunung Agung 1963. (Robert F. Sisson/National Geographic/Getty Images)

"Tiba tiba seluruh Bali gelap, saya di Buleleng (sekitar 110 kilometer dari Besakih, yang terletak di kaki Gunung Agung) ikut gelap," kata Mangku Pastika kepada para wartawan Senin (25/09).

Seorang perempuan Bali mengangkut kebutuhan dasar di kepalanya -dengan Gunung Agung yang masih mengepulkan asap di kejauhan.
Seorang perempuan Bali mengangkut kebutuhan dasar di kepalanya -dengan Gunung Agung yang masih mengepulkan asap di kejauhan. (Terence Spencer/The LIFE Images Collection/Getty I)

Nyoman Adi Wiryatama - ketua DPRD Bali- yang saat itu berusia delapan tahun juga mengenang gelapnya kondisi saat itu.

"Hujan pasir tambah deras... Dibilang dunia mau kiamat, selesailah dunia ini, cerita orang tua," kata Adi kepada BBC Indonesia.

Para petani warga sebuah desa, mengangkut sebuah rumah, untuk memindahkannya ke tempat lebih aman, melintasi abu dan debu yang dimuntahkan Gunung Agung.
Para petani warga sebuah desa, mengangkut sebuah rumah, untuk memindahkannya ke tempat lebih aman, melintasi abu dan debu yang dimuntahkan Gunung Agung. (Robert F. Sisson/National Geographic/Getty Images)

Badan Nasional Penanggulangan Bencana menyatakan letusan terakhir pada tahun 1963 itu selain menelan korban lebih dari 1.500 orang, juga menyebabkan materi vulkanik terbang lebih dari 14.000 kilometer. Disebutkan, suhu Bumi pun turun 0,4 derajat Celcius.

Warga desa mengupas kelapa, beberapa saat setelah letusan 1963.
Warga desa mengupas kelapa, beberapa saat setelah letusan 1963. (Terence Spencer/The LIFE Images Collection/Getty)

Sumber: BBC Indonesia
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas