Belum Ada WNI Yang Ikut Perang di Myanmar
Saat ini, etnis Rohingya sudah mendirikan Arakan Rohingya Salvation Army (ARSA)
Editor: Johnson Simanjuntak
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Konflik yang terjadi di Myanmar, antara etnis Rohingya yang mayoritasnya muslim, melawan pribumi dan pemerintah Myanmar, berpotensi menarik kombatan dari luar Myanmar, termasuk dari Indonesia, untuk ikut berpartisipasi dalam konflik tersebut.
Saat ini, etnis Rohingya sudah mendirikan Arakan Rohingya Salvation Army (ARSA), yang dianggap sebagai kelompok penebar teror pihak Myanmar.
Kepala Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT), Komjen Pol. Suhardi Alius, mengakui bahwa konflik tersebut berpotensi untuk menarik kelompok radikal dari Indonesia untuk datang.
"Sementara masih kita pantau, kan kadang-kadang (mereka berangkatnya) tersamar, berangkatnya diam-diam, tapi kita sudah kontak perwakilan kita di sana," ujarnya kepada wartawan di Hotel Aryaduta, Jakarat Pusat, Rabu 927/9/2017).
Suhadri Alius yang sempat menjabat sebagai Kabareskrim itu, mengatakan sampai saat ini, pihaknya belum mendapat laporan resmi, tentang adanya Warga Negara Indonesia (WNI) yang sudah tiba di Myanmar, untuk ikut bergabung bersama ARSA, melawan otoritas keamanan Myanmar.
"Sampai sekarang belum (ada laporan)," ujarnya.
Baca: Panglima Temui Jokowi Malam-malam di Lanud Halim Perdanakusumah
Namun ia akui, sudah banyak kelompok-kelompok di dalam negeri yang menggalang persiapan untuk berangkat ke Myanmar.
Mereka bahkan sudah mendata siapa-siapa saja yang berniat untuk berangkat ke Myanmar, demi membela etnis Rohingya yang kini tidak diakui oleh pemerintah setempat.
"Yang daftar, tidak ada yang berangkat, tapi justru yang tidak daftar, bisa saja berangkat," katanya.