Setahun, Indonesia Butuh 275 Juta Amunisi, PT. Pindad Perluas Pabrik
Kebutuhan munisi Pemerintah Indonesia baik untuk kebutuhan militer dan kebutuhan munisi non-militer mencapai lebih dari 275 juta butir munisi.
Penulis: Rina Ayu Panca Rini
Editor: Hasanudin Aco
TRIBUNNEWS.COM,MALANG - Kebutuhan amunisi Pemerintah Indonesia baik untuk kebutuhan militer dan kebutuhan munisi non-militer mencapai lebih dari 275 juta butir amunisi.
Dari Malang, PT. Pindad Persero akan melakukan perluasan pabrik untuk mendukung tercapai pemenuhan kebutuhan amunisi.
Direktur utama PT Pindad Persero Abraham Mose menyatakan BUMN tersebut mendapatkan suntikan dana dari PMN (Penanaman Modal Negara) sebanyak Rp 700 miliar.
Dengan rincian, Rp 400 miliar digunakan untuk membangun mesin untuk amunisi kaliber kecil (MKK) serta perluasan pabrik.
Sedangkan, Rp 300 miliar untuk membangun lini mesin produksi munisi kaliber besar (MKB).
"PT. Pindad mendapatkan modal dari PNM sekitar Rp 700 miliar dimana Rp 400 miliar kita gunakan untuk pembangunan lini produksi untuk munisi kaliber kecil (MKK). Termasuk tadi untuk peletakan batu pertama. Rp 300 miliar lain kita bagi untuk pengembangan munisi kaliber besar (MKB)," ujar Abraham.
Diketahui, setiap tahun PT.Pindad Persero Turen Malang Jawa Timur ini menghasilkan 165 juta butir munisi dan ditargetkan pada tahun depan sudah dapat mencapai 275 lebih per tahun.
"Sehingga kapasitas PT. Pindad yang tadinya 165 juta butir pertahun akan naik jadi 275 juta butir pertahun," kata Abraham, Senin (9/10/2017).
Baca: Peleburan TNI-Polri Bukan Solusi Tuntaskan Polemik Pengadaan Senjata
Ia mengatakan itu pun pemenuhan kebutuhan untuk militer dan non-militer mencapai 3 kali yang ditargetkan.
"Kapasitas TNI, Polri, Olahraga belum cukup, serta Kementerian lain. Bisa 2 atau 3 kali lebih banyak dari 275 juta per tahun, jadi sekitar 600 juta setahun," ucap Abraham.
PT. Pindad Persero juga melakukan perluasan pabrik sebanyak 4.000 meter yang digunakan untuk meletakan 40 mesin pembuat amunisi
"Kemudian untuk mendukung direktorat teknologi pengembangan karena kita juga harus beli mesin-mesin untuk mendukung teknologi pengembangan dan alat-alat simulator dan testing," ujar Abraham.
"Alhamdililah semua sudah berjalan. Diharapkan di akhir 2018 atau di awal 2019 sudah berproduksi," kata Abraham.