Prabowo Menahan Diri Untuk Tidak Mengomentari Pemerintah
Sufmi Dasco Ahmad melihat, elektabilitas Prabowo turun lantaran menahan diri mengkritik pemerintah.
Penulis: Wahyu Aji
Editor: Johnson Simanjuntak
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Dalam survei CSIS elektabilitas Joko Widodo mencapai 51 persen, jauh meninggalkan Prabowo Subianto, Ketua Umum Partai Gerindra, hanya 26 persen.
Sementara lembaga Indikator merilis hasil survei jika simulasi head to head seperti Pilpres 2014. Jokowi mendapatkan 58,9 persen suara responden, sedangkan Prabowo mendapatkan 31,3 persen.
Politikus Partai Gerindra Sufmi Dasco Ahmad melihat, elektabilitas Prabowo turun lantaran menahan diri mengkritik pemerintah.
"Prabowo menahan diri untuk tidak terlalu banyak mengomentari jajaran pemerintahan. Apa yang dilakukan Prabowo bukan tak berdampak terbukti survei kemarin turun 12 persen karena diam aja," kata Dasco dalam rapat kerja Komisi III DPR RI bersama Kapolri di Gedung DPR, Senayan, Jakarta, Kamis (12/10/2017).
Menurutnya, Prabowo cenderung diam dan tidak mau mengomentari pemerintah.
Namun para kadernya merasa kecewa karena pemerintah justru sering melontarkan tuduhan-tuduhan secara tidak langsung pada Prabowo.
Salah satunya kasus ujaran kebencian dengan tersangka Asma Dewi.
Ada yang mengaitkan ujaran kebencian yang dilakukan Asma bermuatan politis terkait Pilpres 2019.
Dia ditanya afiliasinya dengan Partai besutan Prabowo Subianto.
Baca: Komisi VIII DPR: Kasus First Travel Penipuan Terjahat Berkedok Agama
"Dalam kasus Asma Dewi kami mendapat info bahwa pada saat ditangkap beliau ditanya apakah anggota Gerindra kemudian ditanya juga apakah beliau menerima dana dari yayasan Pak Hasim Djojohadikusumo," kata Dasco.
Dirinya hanya menyayangkan adanya tuduhan-tuduhan dari para penyidik Polri terhadap partai berlambang burung Garuda tersebut.
Terutama dalam dugaan Asma terlibat dalam kepentingan Pilpres 2019.
"Penyidikan sampaikan ke media soal Asma Dewi yang jadi anggota WA (Whatsapp) grup gerakan merah putih, lalu menyatakan tak menutup kemungkinan tersangka memiliki peran penting dari rentetan kebencian yang dipersiapkan untuk Pilpres 2019. Hal ini kami sayangkan karena anggota Polri memberi umpan media berspekulasi dan menuduh tanpa dasar sama sekali," kata Dasco.