Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Moreno Suprapto: Peringatan Sumpah Pemuda Harus Dijadikan Sebagai Momentum Agar Bangsa tak Pecah

Generasi muda Indonesia harus dapat memaknai peringatan hari Sumpah Pemuda yang jatuh setiap tanggal 28 Oktober

Editor: Toni Bramantoro
zoom-in Moreno Suprapto: Peringatan Sumpah Pemuda Harus Dijadikan Sebagai Momentum Agar Bangsa tak Pecah
TRIBUN/DANY PERMANA
Moreno Suprapto 

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Generasi muda Indonesia harus dapat memaknai peringatan hari Sumpah Pemuda yang jatuh setiap tanggal 28 Oktober sebagai momentum bagi pemuda Indonesia untuk mempersatukan para generasi muda di Indonesia untuk melindungi Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) agar terhindar dari faham radikalisme dan terorisme.

Generasi muda jangan mudah terhasut terhadap adanya penyebaran faham-faham radikal yang penyebarannya sangah masif .

Apalagi sekarang ini isu-isu tentang komunisme, terorisme dan juga narkoba sudah mulai masuk dan menyebar ke tingkat sekolah.

“Inikan bicara generasi masa depan, sebagai persiapan jati diri bangsa. Generasi muda jangan mudah terpengaruh, apalagi dengan faham radikal. Kalau generasi muda kita mudah disusupi faham radikal, terorisme dan bahkan mungkin komunisme, bangsa Indonesia ini bisa terpecah. Generasi muda bangsa ini harus mau melihat dan terus mengingat perjuangan-perjuangan para leluhur. Karena negara yang maju dimana generasinya bisa menghargai nilai-nilai perjuangan para leluhurnya,” papar anggota Komisi III DPR RI, Moreno Suprapto, Jumat (27/10/2017).

Tak hanya itu, pria kelahiran Jakarta, 4 November 1982 ini juga mengatakan bahwa peringatan sumpah pemuda juga harus dijadikan sebagai momentum bagi pemuda agar bangsa Indonesia ini tidak terpecah belah. 

Dimana pada lahirnya sumpah pemuda 28 Oktober 1928 dulu ada sekumpulan pemuda yamg menamakan dirinya young java, young ambon, young sunda, young kalimantan dan sebagainya dimana saat itu mereka bisa berkumpul bersama untuk bersatu.

“Dulu itu tidak ada hp (telepon selular), tidak ada aplikasi grup WA dan sebagainya, tapi  mereka bisa kumpul di suatu tempat dan mereka bisa bilang dari berbagai macam suku mereka mengucapkan satu bahasa, satu bangsa yakni Indonesia. Itu bukan saja diingat tapi harus dihayati supaya bangsa ini tidak terpecah belah  Saya juga menghargai teman-teman aktivis, mahasiswa ataupun politis praktis yang telah memperjuangan suara-suara mereka agar NKRI ini tetap utuh dalam menghadapi isu-isu tersebut,” ujar mantan pembalap nasional ini

BERITA REKOMENDASI

Putra pasangan mantan pebalap Tinton Suprapto dan Dewi Anggraini ini merasa bangga karena generasi muda seperti dirinya cukup banyak dan mempunyai potensi-potensi yang sesuai dengan bidangnya masing-masing. Untuk itu dirinya mengajak para generasi muda Indonesia berperang sesuai dengan bidangnya masing-masing.

“Seperti saya saat ini berjuang di bidang politik ya berperan di bidang politik, lalu teman-teman ada berjuang di bidang budaya jadi ya berperan di bidang budaya. Jangan lah teman teman yang muda ini melihat orang itu bisa maju dan sukses lalu dia malah mau ‘menggoyang’ untuk dijatuhkan, Itu yang bisa membuat bangsa ini terbelah,” ujar politisi dari Partai Gerindra ini,

Menurutnya, dengan sumpah pemuda itu sudah seharusnya bangsa ini bisa terus bersatu, Apalagi di era globalisasi ini kemajuan tekhnologi sudah berkembang cukup pesat bukan malah digunakan untuk hal-hal negatif yang bisa memecah belah persatuan bangsa.

“Karena dengan berkembangnya era digital yang pesat malah bisa digunakan kelompok-kelompok tertentu untuk memecah belah kita bangsa. Kalau sekarang ini bicaranya masih urusan ribut terus mau dibawa kemana pemuda Indonesia ini nantinya? Akhirnya karakter yang terbentuk ya menggoyang terus,” ujarnya.

Selain itu menurutnya peran orang tua dan guru itu sangat penting guna memberikan pendidikan yang baik kepada anak-anaknya. Dalam artian mulai dari orang tuanya lalu sampai tingkat sekolah Sehingga saat anak keluar rumah sudah mempunyai bekal pengetahuan yang cukup mengenai adanya bahaya-bahaya paham-paham ideologi lain yang ada ada di luar lingkungan rumah.


“Paling penting itu adaah peran orang tua dalam lingkup keluarga setelah keluar dari rumah mereka kan sekolah, kan seperti itu intensitasnya. Peran pemerintah juga harus mendukung itu. Salah satunya infastruktur, gurunya juga diperhatikan kesejahteraannya, di sekolah orang tua juga tidak dibebani beli buku yang bermacam macam. Kalau hal itu tidak diperhatikan mereka tidak peduli lagi dengan bangsa ini,” ujarnya

Dan ini menurutnya akan menjadi pekerjaan rumah bagi kita semuanya yang akan kembali kepada masalah pendidikan. Pendidikan dan pengetahuann harus digalakkan dengan serius kepada seluruh anak-anak bangsa agar memiliki wawasan, pengetahuan dan iman yang kuat agar gangguan-gangguan itu bisa diminimalkan

Halaman
12
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas