Solo Klasik Jadi Tema Pernikahan Kahiyang Ayu
Pernikahan putri Presiden Joko Widodo (Jokowi), Kahiyang Ayu, yang akan digelar pada tanggal 8 November mendatang bertemakan Solo Klasik.
Editor: Ferdinand Waskita
TRIBUNNEWS.COM, SOLO - Pernikahan putri Presiden Joko Widodo (Jokowi), Kahiyang Ayu, yang akan digelar pada tanggal 8 November mendatang bertemakan Solo Klasik.
Sebanyak lima orang perias dikerahkan dalam acara yang akan di gelar di Graha Saba Buana Solo tersebut.
Sesuai dengan tema adat yang diusung, tata rias yang digunakan pun akan menggunakan konsep yang sama.
Dalam jumpa pers yang dilaksanakan pada Senin (30/10/2017) di Graha Saba Buana Solo, Hj. S.Sumaryono, selaku ketua tim penata rias, mengatakan bahwa konsep adat Jawa klasik ini adalah permintaan dari Iriana Widodo.
Baca: Cegah Insiden Pabrik Tangerang, Polda Jabar Musnahkan Puluhan Ton Petasan dan Bahan Peledak
"Saya mendapat amanah langsung dari Bapak Jokowi dan Ibu Iriana untuk merias pengantin mulai dari siraman, midodareni, ijab kabul hingga resepsi di malam hari," ucapnya.
Dalam kesempatan tersebut, wanita berkerudung itu mengatakan bahwa acara midodareni dan siraman akan dilaksanakan sesuai dengan adat yang dilaksanakan di Surakarta.
"Busana tiap prosesi juga berbeda-beda. Siraman akan pakai busana untuk siraman seperti adat kami, begitu pula untuk malam midodareni. Tapi, malam midodareni akan dirias secara sederhana. Menurut adat kami, malam midodareni belum boleh memakai perhiasan," tambahnya.
Baca: Saat Ridwan Kamil Pangkas Rambut Lalu Disuapi Mie oleh Istri Tercinta
Berbeda dengan prosesi ijab kabul dan resepsi, pada dua prosesi tersebut akan digunakan busana Solo Putri dan Solo Basahan, juga make up lengkap sebagaimana adat di Surakarta.
"Untuk Ijab jam 9 pagi akan memakai baju Solo Putri dan resepsi di malam hari akan menggunakan pakaian Solo basahan," tambahnya.
Sumaryono juga menjelaskan bahwa pakaian Solo Putri terdiri dari kebaya dan kain batik di bagian bawah.
Sedangkan untuk Solo basahan adalah pakain pengantin khas Solo dengan menggunakan kain dodot kampuh.
"Sebenarnya, untuk kain dodot kampuh ini pada zaman dahulu tidak boleh dipakai masyarakat umum. Namun sejak zaman Pakubuwono X1 semua orang boleh memakainya, terutama masyarakat Surakarta," tambahnya.
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.