Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Menko PMK: Program Intervensi Penanganan Stunting dapat Entaskan Kemiskinan di Desa

Menko PMK Puan Maharani mengatakan, penanganan masalah stunting harus dilakukan secara sinergis.

Editor: Hasanudin Aco
zoom-in Menko PMK: Program Intervensi Penanganan Stunting dapat Entaskan Kemiskinan di Desa
Ist/Tribunnews.com
Menko PMK Puan Maharani memimpin rapat koordinasi penanganan stunting di Kantor Kemenko PMK, Jakarta, Rabu (1/11/2017). 

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Menteri Koordinator bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Menko PMK) Puan Maharani mengatakan, penanganan masalah stunting harus dilakukan secara sinergis.

Karenanya, penanganannya harus dilakukan secara keroyokan oleh pihak-pihak terkait yakni 13 kementerian dan lembaga secara terkoordinir.

Stunting adalah kurang gizi kronis yang disebabkan asupan gizi kurang dalam waktu cukip lama akibat pemberian makanan yang tak sesuai kebutuhan gizi.

“Penurunan jumlah stunting dilakukan dengan intervensi 13 kementerian dan lembaga secara terkoordinir. Sebab masalah stunting tak hanya masalah gizi dan kesehatan tapi juga terkait dengan cara hidup dan pemenuhan sarana prasarana dasar masyarakat,” ujar Menko PMK Puan Maharani usai memimpin rapat koordinasi penanganan stunting di Kantor Kemenko PMK, Jakarta, Rabu (1/11/2017).

Rapat dihadiri oleh Menteri Kesehatan Nila F Moeloek, Menteri Desa dan PDT Eko Putro Sandjojo, Seskemenko PMK YB Satya Sananugraha, Deputi bidang Koordinasi Peningkatan Kesehatan Sigit Priohutomo, Staf Khusus Menko PMK Dolfie OFP dan Staf Ahli Menko PMK bidang Kependudukan, Sonny HB Harmadi.

Dikatakan Puan, hasil penurunan angka stunting sejauh ini sudah sesuai target. Tahun 2016, kata Puan, angka stunting sekitar 30% dan tahun 2017 sudah turun menjadi 27,5%. Padahal target yang disasar tahun ini sebeaar 29%.

“Walau begitu kita tetap harus buat sinergi dan gebrakan percepatan menurunkan angka stunting,” ungkapnya.

BERITA REKOMENDASI

Lebih detail, Puan menjelaskan bahwa jika sebelumnya ada 8 kabupaten yang mendapat intervensi khusus penurunan angka stunting, maka tahun 2018 akan ditambah menjadi 100 kabupaten yang mendapat intervensi khusus dengan lokus desa-desa tertinggal.

Puan menegaskan, penanganan masalah stunting hanya akan berhasil jika dilakukan secara simultan di berbagai sektor. Karena itu, sinergi 13 kementerian dilakukan. Misalnya dengan Kementerian Desa yang mengurus Dana Desa sehingga penggunaannya diarahkan juga untuk memberi intervensi menangani stunting di desa tertinggal.

“Jadi akan terukur bahwa stunting berkurang dan manfaat dana desa terasa. Ekonomi masyarakat lebih maju dan masyarakat sejahtera. Maka stunting juga bisa ditekan,” jelas Puan.

Cucu proklamator Kemerdekaan RI Soekarno ini menambahkan bahwa stunting bukan semata-mata soal gizi anak, tapi terkait kualitas SDM dan sarana kebutuhan sosial masyarakat. Makanya ada pembagian penanganan masalah stunting ini.

“Pertama intervensi spesifik yang dikoordinasikan melalui Kemenkes. Ini terkait misalnya ibu hamil, ibu menyusui, masalah asupan makanan bergizi dan makanan tambahan dan sebagainya,” jelas Puan.


Adapun intervensi kedua, kata Puan, terkait Gizi Sensitif yang dikoordinasi dalam 11 kementerian. Di sini lebih pada penanganan yang didalamnya juga terkait pemenuhan sarana sosial dasar bagi masyarakat.

“Bahkan Bappenas juga masuk dalam penanganan stunting ini agar semua program bisa diakomodir dalam Rencana Kerja Pemerintah (RKP). Sebab kita ingin mengejar standar WHO juga dengan stunting minimal 20%,” imbuh Puan.

Halaman
12
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas