Polisi Kedepankan Pendekatan Persuasif Untuk Tangani Kelompok Bersenjata di Papua
Kepolisian masih terus berupaya mengejar pelaku penembakan terhadap aparat di Papua.
Editor: Sanusi
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Kepolisian masih terus berupaya mengejar pelaku penembakan terhadap aparat di Papua.
Kapolda Papua Irjen Pol Boy Rafli Amar, menyebut ada dua kelompok yang diduga bertanggungjawab, yakni kelompok pimpinan Sabinus Waker, dan kelompok yang tadinya dipimpin oleh Kelly Kwalik.
Boy mengatakan kelompok Sabinus Waker diduga memiliki 8-15 pucuk senjata, sementara kelompok lainnya memiliki sekitar 15 pucuk senjata.
"Ada yang hasil mereka rampas dari petugas, ada yang merupakan hasil mereka mencuri, mereka rata-rata seperti itu sumber daya senjata yang mereka miliki," ujarnya, kepada wartawan usai menghadiri rapat tentang keamanan Papua, di kantor Kementerian Koordinator Bidang Politik, Hukum dan Keamanan (Kemenkopolhukam), Jakarta Pusat, Kamis (2/11/2017).
Jumlah setiap kelompok menurutnya juga tidak bisa dipastikan betul, kisarannya antara 15 -30 orang. Wilayah yang mereka diami juga berbeda-beda, wilayah-wilayah yang dikuasai kelompok-kelompok itu antara lain adalah Pegunungan Tengah seperti Lanji Jaya, Puncak Jaya, dan Kabupaten Puncak Jaya.
Seperti diberitakan sebelumnya, pada Minggu lalu, pos Brimob Polri yang berada antara mil 66 dan mil 67 Tembagapura, ditembaki kelompok kriminal bersenjata. Dari insiden tersebut, tidak ada anggota Polri yang terluka, namun demikian satu unit kendaraan operasional Polri rusak akibat timah panas.
Seminggu sebelum kejadian penembakan itu, kelompok kriminal bersenjata sempat menyerang rombongan Brimob di perbukitan di kawasan Tembagapura. Atas insiden itu, seorang anggota Batalyon B Pelopor Brimob Papua, Briptu Berry Pramana Putra, tewas.
Untuk menangani kelompok-kelompok itu, Boy Rafli Amar, menyebut pihaknya mengkedepankan pendekatan presuasif. Hal itu antara lain dilakukan dengan meminta bantuan kepada tokoh-tokoh adat, tokoh agama dan tokoh masyarakat setempat. Di harapkan tokoh-tokoh adat bisa meyakinkan para pelaku, untuk menghentikan kekerasan.
"Tokoh-tokoh agama, tokoh-tokoh adat, untuk melakukan upaya-upaya dialog agar kelompok-kelompok ini bisa menghentikan tidakan-tindakan kekerasan," katanya.
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.