Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Jenderal Tito: Loyalitas Polri Hanya Untuk Rakyat

Dalam hal ini masyarakat menjadi mitra, memahami kehendak masyarakat atau public expectation.

Penulis: Glery Lazuardi
Editor: Johnson Simanjuntak
zoom-in Jenderal Tito: Loyalitas Polri Hanya Untuk Rakyat
TRIBUNNEWS/IRWAN RISMAWAN
Kapolri Jenderal (Pol) Tito Karnavian (tengah) bersama Direktur Utama BEI Tito Sulistio (kedua kanan), Direktur Utama PT Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI) Friderica Widyasari Dewi (kedua kiri), dan Kepala Departemen Pengawas Pasar Modal 2A OJK Yunita Linda Sari (kiri) saat pembukaan perdagangan dan acara sharing session KSEI Menyikapi Dinamika Ekonomi dan Politik Tahun 2018, di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Senin (20/11/2017). Lewat diskusi tersebut diharapkan para pelaku industri pasar modal, khususnya pemakai jasa KSEI dapat memperoleh pengetahuan baru untuk menghadapi era politik dan ekonomi di tahun 2018. TRIBUNNEWS/IRWAN RISMAWAN 

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Kapolri Jenderal Tito Karnavian, menegaskan jajarannya supaya hanya loyal kepada kepentingan rakyat. Sebab, Negara Indonesia menganut sistem demokrasi, di mana kekuasaan berada di tangan rakyat.

"Di negara demokrasi ini kekuasaan ditangan rakyat, maka loyalitas Polri harus kepada rakyat untuk kepentingan rakyat," tutur Tito, dalam acara launching dan bedah buku berjudul 'Democratic Policing', di Gedung LIPI, Jakarta, pada Selasa (21/11/2017).

Oleh karena itu, kata dia, semua anggota kepolisian harus mengubah sikap-sikap arogan menjadi pelayan kepada rakyat. Di masing-masing anggota mempunyai prinsip melindungi rakyat.

Dia menjelaskan, prinsip melindungi rakyat itu, seperti prinsip akuntabilitas atau pertanggungjawaban kepada rakyat.

Dalam hal ini masyarakat menjadi mitra, memahami kehendak masyarakat atau public expectation.

Baca: Bang Yos Nostalgia Ke Balai Kota, Kangen Ruang Kerja Sampai Bicara Soal Lokalisasi

Menurut dia, polisi yang sekarang ini ada merupakan polisi hasil bentukan zaman orde baru, pada saat menjadi bagian Angkatan Bersenjata Republik Indonesia (ABRI) yang doktrinnya berbeda dengan Democratic Policing.

Berita Rekomendasi

Untuk itu kepada jajarannya, dia memperkenalkan Democratic Policing atau polisi yang bekerja di era demokrasi.

Sebanyak 440.000 anggota kepolisian mempunyai pemikiran yang sama dengan dirinya mengenai keberadaan instansi penegak hukum itu di masa sekarang.

"Indonesia sudah berubah dari negara yang menurut beberapa literatur semi otoritarian menjadi negara demokrasi seperti sekarang dimana kekuasaan ditangan rakyat," katanya.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas