Posisi Jokowi Sebagai Tokoh Muslim Diakui Negara Lain
"Pola-pola kepemimpinan yang inklusif dan dialogis adalah ciri khas dan kekuatan sosok Presiden Jokowi,"
Penulis: Imanuel Nicolas Manafe
Editor: Adi Suhendi
Laporan wartawan Tribunnews.com, Imanuel Nicolas Manafe
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Staf Khusus Kantor Staf Presiden Dimas Oky Nugroho menanggapi mengenai permintaan Presiden Afganistan Ashraf Ghani agar Indonesia menjadi mediator untuk akhiri pertikaian di Afganistan.
Dimas mengatakan, permintaan tersebut menandakan bahwa posisi Presiden Jokowi sebagai tokoh muslim kini telah diakui oleh negara-negara lain.
Baca: Guyon Said Aqil Soal Pilkada dan Pil KB di Hadapan Jokowi
"Ini pengakuan dunia pada Jokowi yang baru-baru ini oleh sebuah lembaga riset di Yordania ditetapkan sebagai salah satu dari 50 pemimpin Muslim paling berpengaruh di dunia," ujar Dimas Oky di Kantornya, Jakarta, Kamis (23/11/2017).
Dimas menilai, gaya Presidem Jokowi dalam menyelesaikan persoalan dengan cara dialog banyak dicontoh oleh pemimpin-pemimpin dunia lainnya.
Baca: Jokowi Akan Serahkan Nama Calon Panglima TNI Kepada DPR
Ini menurutnya menjadi ciri khas Jokowi yang kerap dilakukan sejak maish menjabat Wali Kota Solo, hingga saat ini.
"Pola-pola kepemimpinan yang inklusif dan dialogis adalah ciri khas dan kekuatan sosok Presiden Jokowi," ucap Dimas.
Dengan demikian, Dimas meyakini Presiden Jokowi telah mempunyai strategi yang jitu dalam memediasi kelompok bertikai di Afganistan.
Baca: Mulai Desember Jokowi Akan Ngantor di Istana Bogor, Para Menteri Disarankan Naik KRL
"Beliau ingin memposisikan model Islam moderat sebagai jawaban dari konflik yang berlangsung di Afghanistan dan kawasan sekitarnya. Ini modal untuk mampu melakukan mediasi, rekonsiliasi dan selanjutnya recovery untuk sebuah masyarakat yang terlibat konflik," kata Dimas.
Dimas mengatakan, Indonesia sebagai negara muslim terbesar di dunia, sekaligus keragaman budaya di maupun agama di dalamnya menjadikan modal bagi Presiden Jokowi untuk Indonesia dapat memediasi pertikaian yang terjadi di Afganistan.
Selain itu, Dimas menilai contoh lain yang dapat menjadi modal Indonesia menjadi mediator yakni bagaimana keberagaman di Indonesia yang tak lepas dari peran para tokoh agama dan ormas-ormas yang mempunyai pengikut yang besar.
"Presiden merujuk pada kekuatan moderat NU dan Muhammadiyah dalam masyarakat Islam di Indonesia," tutur Dimas.
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.