Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Lebih Baik Lagi Kalau Golkar Segera Tetapkan Pengganti Setya Novanto Sebagai Ketua DPR

Hasil survei nasional Poltracking Indonesia menunjukan merosotnya elektabilitas Partai Golkar menjadi 10,9 persen.

Penulis: Srihandriatmo Malau
Editor: Johnson Simanjuntak
zoom-in Lebih Baik Lagi Kalau Golkar Segera Tetapkan Pengganti Setya Novanto Sebagai Ketua DPR
TRIBUNNEWS/HERUDIN
Ketua DPR Setya Novanto tiba di gedung KPK Jakarta untuk menjalani pemeriksaan lanjutan, Kamis (23/11/2017). Setya Novanto kembali diperiksa terkait kasus korupsi KTP elektronik dan pemeriksaan oleh Ditlantas Polda Metro Jaya terkait kecelakaan yang dialaminya pada Kamis (16/11/2017) lalu. TRIBUNNEWS/HERUDIN 

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Akan lebih baik lagi kalau Partai Golkar juga segera mengganti Setya Novanto dari posisi Ketua Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) setelah menjadin tersangka kasus korupsi dan tahanan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK).

Selain juga menurut Pengamat politik dari Universitas Paramadina Djayadi Hanan, menyegerakan pelaksanaan Munaslub untuk memperoleh Ketua Umum baru yang akan menggantikan Setya Novanto.

"Ini bisa dilakukan lebih cepat, karena tidak ada kaitannya dengan Munaslub Golkar," ujar Peneliti Saiful Mujani Research & Consulting (SMRC) ini kepada Tribunnews.com, Selasa (28/11/2017).

Apalagi menurutnya kader Golkar yang menduduki jabatan di DPR bisa dirotasi kapan saja, tergantung keputusan DPP.

"Ini akan positif karena kalau ketua DPR segera diganti, itu akan menunjukkan Golkar tidak menyandera DPR dari persepsi negatif publik," katanya.

Langkah-langkah itu yang harus Golkar segera ambil untuk menyelesaikan masalah terus merosotnya elektabilitas partai hingga kini bisa disalip oleh Partai Gerindra berdasarkan survei nasional Poltracking Indonesia.

Baca: Siap Diadili, Jonru: Saya Jelas Dizalimi

Berita Rekomendasi

Hasil survei nasional Poltracking Indonesia menunjukan merosotnya elektabilitas Partai Golkar menjadi 10,9 persen.

Bahkan posisi Golkar disalip oleh Partai Gerindra yang mengantongi elektabilitas sebesar 13,6 persen.

Dijelaskan faktor yang menyebabkan suara Golkar turun adalah karena dinamika internalnya seiring dengan figur Ketua Umum Partai Golkar Setya Novanto yang terkena kasus hukum di KPK.

Hal itu berdampak pada elektabilitas Golkar meskipun partai tersebut bukan partai yang bergantung pada figur.

Menurut Djayadi Hanan, yang paling baik secara politik adalah Golkar memberi pesan yang jelas kepada publik, terutama yang masih simpati dengan Golkar, bahwa Setya Novanto segera diganti.

"Saya kira, terlepas dari proses hukum yang sedang dijalaninya, Setya Novanto sudah menjadi beban bagi partai Golkar," ujarnya.

Karena itu, tegas dia, harus ada pesan yang jelas kepada publik bahwa Golkar sedang memproses penggantian Setya Novanto.

Memang Munaslub adalah cara yang cepat dan sesuai konstitusi Golkar untuk mencari pemimpin baru partai, karena itu ia bisa menjadi solusi.

Lebih lanjut menurutnya, harus juga ditegaskan bahwa adanya Plt Ketua Umum Golkar adalah langkah transisi sebelum diadakan Munaslub.

Hal ini tak lain supaya publik tidak beranggapan itu adalah cara Golkar mengulur waktu untuk tetap mempertahankan Setya Novanto.

"Sudah saatnya Golkar menegaskan bahwa Setya Novanto tidak bisa lagi dipertahankan Golkar," katanya.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas