Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Peran Pasebaya Sebagai Penyambung Informasi Kepada Warga Gunung Agung

Pawana menambahkan melalui jejaring Pasebaya ini, informasi mengenai Gunung Agung lebih akurat

Penulis: Srihandriatmo Malau
Editor: Johnson Simanjuntak
zoom-in Peran Pasebaya Sebagai Penyambung Informasi Kepada Warga Gunung Agung
TRIBUN BALI/I NYOMAN MAHAYASA
Siswa Sekolah Dasar menyaksikan erupsi Gunung Agung di Karangasem, Bali, Selasa (28/11/2017). Gunung Agung terus menunjukkan peningkatan aktivitas vulkaniknya setelah meletus pertama kalinya pada Selasa 21 Novemver 2017 lalu, sejak terakhir meletus pada tahun 1963 silam. TRIBUN BALI/I NYOMAN MAHAYASA 

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Pasemetonan Jagabaya (Pasebaya) Gunung Agung memiliki peran penting, secara aktif melalui radio komunikasi atau handytalky (HT) saling memberikan informasi kondisi yang ada di setiap desa.

Hal itu terjaidi setelah status Gunung Agung di Provinsi Bali telah dinaikkan ke level IV sejak dua hari yang lalu Senin (27/11/2017), tepatnya pukul 6 pagi waktu setempat.

Masyarakat pun segera diinformasikan untuk mengungsi dari zona berbahaya sesuai rekomendasi Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG).

"Informasi dengan cepat diberikan oleh radio komunitas yang baru saja terbentuk, yaitu Pasebaya," ujar Kepala Pusat Data, Informasi dan Humas BNPB, Sutopo Purwo Nugroho, dalam keterangannya, Rabu (29/11/2017).

Sutopo menejaskan, Pasebaya yang diketuai oleh I Gede Pawana ini tidak hanya beranggotakan para perbekel tetapi para relawan lain yang memiliki radio komunikasi di 28 desa.

Baca: OTT di Jambi, Hanya Empat orang yang Dibawa ke KPK

Saat ini, Pasebaya masih menumpang di frekuensi Orari dan akan segera beralih ke frekuensi yang khusus.

Berita Rekomendasi

"Meskipun pemilik radio komunikasi terbatas, namun para perbekel berupaya berbagi informasi kepada para warga," katanya.

Biasanya, imbuhnya, mereka berkumpul di banjar pada sore hari untuk mendengarkan informasi dari wilayah lain.

“Sebelumnya ada komunitas-komunitas radio, namun selama ini parsial. Setelah kita difasilitasi oleh Orari, dan setelah terbentuk perkumpulan Pasebaya, kita difasilitasi oleh Orari, diberikan fasilitas, jadi masyarakat masuknya satu pintu,” ujar Pawana.

Pawana menambahkan melalui jejaring Pasebaya ini, informasi mengenai Gunung Agung lebih akurat dan terkini. Informasi mengenai situasi di wilayah administrasi tingkat desa akan dicek terlebih dahulu sebelum disebarkan melalui radio.

Di samping jejaring melalui radio komunikasi, Pasebaya juga menggunakan jalur komunikasi dengan aplikasi Whatsapp.

Semangat pertama dibentuknya Pasebaya adalah mengedukasi warga mengenai potensi bahaya erupsi Gunung Agung. Namun demikian, tuntutan warga terhadap Pasebaya semakin tinggi, seperti permintaan mengenai bantuan.

Secara pribadi, Pawana memiliki harapan dengan terselenggaranya Pasebaya ini dapat menghimbau masyarakat mengenai ancaman bahaya erupsi.

Pawana juga menambahkan bahwa dengan radio komunikasi memungkinkan informasi bisa menjangkau ke tingkat paling bawah.

“Masyarakat mendapat edukasi yang baru untuk menangani potensi bahaya erupsi,” ucapnya.

Pasebaya yang dideklarasikan pada 17 November lalu itu bertujuan untuk memberikan informasi kepada warga, khususnya di 28 desa.

Melalui informasi yang diterima warga di wilayah terpapar diharapkan dapat mengurangi dampak bencana erupsi Gunung Agung.

Pada penetapan level tertinggi ini, PVMBG merekomendasikan masyarakat dan pengunjung tidak memasuki zona berbahaya. PVMBG merekomendasikan zona berbahaya tidak boleh beraktivitas dalam radius 8 km dari puncak dan sektoral barat daya, selatan, tenggara, timur laut, dan utara dalam radius 10 km. (*)

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas