Drs. Eduard Depari MA.,M.Sc: Lulusan ATVI Harus Mampu Berpikir Kreatif
Pada acara ini, ATVI mewisuda 108 Ahli Madya (A.Md) Ilmu Komunikasi Massa dengan kekhususan Produksi Siaran TV.
Editor: Johnson Simanjuntak
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Direktur Akademi Televisi Indonesia (ATVI), Drs. Eduard Depari MA.,M.Sc mengingatkan, gelar akademis yang disandang para wisudawan merupakan pengesahan atas kualifikasi.
Namun yang perlu disadari adalah, lapangan kerja adalah batu ujian yang sesungguhnya, yakni masalah kompetensi.
“Dalam era digital disruptive ini, para lulusan dituntut untuk mampu berpikir kreatif dan mau belajar serta mengikuti perkembangan teknologi informasi,” ujar Drs. Eduard Depari MA.,M.Sc ketika memberikan pidato pada acara Wisuda ke X Ahli Madya ATVI, di Kampus ATVI, Jakarta, Kamis (7/12/2017).
Pada acara ini, ATVI mewisuda 108 Ahli Madya (A.Md) Ilmu Komunikasi Massa dengan kekhususan Produksi Siaran TV.
Turut hadir dan memberikan pidato, Koordinator Perguruan Tinggi Swasta Wilayah III (Kopertis), DR. Illah Sailah.
Drs. Eduard Depari MA.,M.Sc menyatakan bahwa ATVI merupakan salah satu Akademi Korporasi (Corporate Academy) yang berhasil menerapkan konsep link and match sehingga industri televisi mampu merekrut tenaga kerja yang siap pakai.
“Afiliasi Akademi ini dengan dua stasiun TV swasta terkemuka Tanah Air, memungkinkan para mahasiswa belajar dan berlatih dalam atmosfer kerja televisi komersial di bawah asuhan dan supervisi praktisi industri yang berlatar belakang akademis, sekaligus praktisi penyiaran.” ujar Drs. Eduard Depari MA.,M.Sc yang juga dikenal sebagai praktisi komunikasi ini.
Sementara Koordinator Perguruan Tinggi Swasta Wilayah III, DR. Ir. Illah Sailah menekankan pentingnya para wisudawan untuk berani mengambil risiko (risk taker), berpikir dan menghasilkan karya inovatif, mengubah sikap kerja dengan berani mengambil prakarsa serta selalu bertanya, “Apa yang dapat saya sumbangkan bagi masyarakat?”.
Dia mengingatkan bahwa tantangan yang dihadapi para wisudawan adalah menyangkut tantangan global, yang belakangan sering disebut dengan akronim VUCA.
VUCA adalah singkatan trendy dari dunia manajerial dari VOLATILITY, UNCERTAINTY, COMPLEXITY dan AMBIGUITY.
Empat aspek yang dimaksudkan di atas adalah ketidaksabilan, ketidakpastian, keruwetan dan kemenduaan. Dunia dalam kombinasi demikian membuat kita harus mempunyai jawabannya yaitu, Vision, Upgrading, Clarity dan Awareness. Visi yang jelas bisa mengatasi ketidakstabilan dan ketidakpastian.
Peningkatan (kemampuan) bisa mengatasi keruwetan, sementara kejernihan (berpikir) dan kewaspadaan menjadi jawaban atas kemenduaan.
Setelah selesai menempuh pendidikan sesuai ketentuan, maka para wisudawan mendapat banyak sekali bekal dan sesuatu yang dilekatkan kepada mereka. Dan itu bisa disebut dalam satu akronim yaitu RICH.
Pada prinsipnya, RICH disini adalah menunjukkan keadaan yang sebenarnya di dunia kerja. Wisudawan tak boleh bertanya kepada dirinya, “Apa yang sudah saya pelajari?” tapi diubah menjadi “Apa yang saya sudah bisa kerjakan?”
Sebagai akademi yang berorientasi vokasi, pemerintah Illah berharap agar lulusan ATVI dapat menjalankan peran yang signifikan dengan menghasilkan profesional komunikasi massa yang tidak saja terampil, namun memiliki karakter keberpihakan pada upaya pencerdasan kehidupan bermasyarakat.
Acara wisuda tersebut diwarnai oleh tarian selamat datang yang menggambarkan keperdulian lembaga pendidikan ini pada isu kebhinekaan dan kebangsaan.
Pidato mewakili wisudawan dibawakan oleh lulusan terbaik, Misyatun, yang cukup dikenal karyanya setelah menjuarai pelbagai ajang kontes penulisan essay maupun lomba feature film tingkat nasional. (*)