Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Budi Waseso Masuk Radar Golkar di Pilkada Jawa Tengah

Golkar sadar tidak ada kader potensial di wilayah Jawa Tengah. Karena itu, Golkar hanya mengincar kursi wakil gubernur.

Penulis: Taufik Ismail
Editor: Willem Jonata
zoom-in Budi Waseso Masuk Radar Golkar di Pilkada Jawa Tengah
youtube
Kepala BNN Komjen Budi Waseso. 

Laporan Wartawan Tribunnews, Taufik Ismail

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Ketua Harian DPP Golkar Nurdin Halid mengatakan konstelasi politik jelang Pilkada Jawa Tengah 2018 masih sangat cair dan dinamis.

Karena itu, Golkar hingga saat ini belum bisa menentukan sikap apakah akan membentuk poros sendiri atau bergabung dengan yang sudah ada.

"Berbagai simulasi telah kami kaji dan kami lakukan lobi. Belum ada gambaran kepada siapa akan berkoalisi dan siapa yang diusulkan," kata Nurdin usai rapat Pilkada di DPP Golkar, Slipi, Jakarta Barat, Jumat, (22/12/2017).

Menurut Nurdin, salah satu yang menyebabkan belum adanya sikap dari Golkar, karena tidak ada kader potensial di wilayah tersebut. Oleh karenanya, di Jawa tengah, Golkar hanya mengincar kursi wakil gubernur.

‎"Harapannya siapa pun yang dicalonkan, wakilnya dari Golkar. Itu sasaran Golkar untuk Jawa Tengah. Tidak untuk gubernur tapi wakil gubernur‎," katanya.

Sebelumnya, Ketua Kordinator Pemenangan Pemilu Wilayah Indonesia 1 Golkar, Nusron Wahid ‎mengatakan partainya sedang menjajaki komunikasi dengan sejumlah partai di Pilkada Jawa Tengah.

Berita Rekomendasi

Setidaknya, empat partai sudah diajak berkomunikasi secara intensif, yakni PKB, PPP, Demokrat, dan NasDem.

‎Sejumlah nama dibahas dalam penjajakan komunikasi tersebut, di antaranya‎ Komjen Budi Waseso atau Buwas yang saat ini menjabat sebagai Kepala BNN, Marwan Jafar, serta politisi PPP Akhmad Muqowam.

"Ada beberapa nama dari purnawirawan TNI, nanti ada kejuatan," katanya.

‎Golkar sendiri, menurut Nusron, mendorong untuk menyandingkan figur santri dan figur nasionalis di Jawa Tengah.

Alasannya, di Jawa Tengah terdapat dua lapisan masyarakat. Pertama, wilayah pantura yang mayoritas santri. Kedua, wilayah Selatan yang mayoritas masyarakat nasionalis.

‎"Kita ingin mengusulkan kombinasi antara dari kelompok nasional. Dalam hal ini, figur priyai dan abangan. Mungkin Pak Buwas begitu wakilnya dari santri. Atau sebaliknya, kalau munculnya santri wakilnya abangan," tandas Nusron.(*)

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2025 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas