Dua Abad Agama Baha’i: Hakikatnya Seluruh Manusia Satu Keluarga
12 November tepat 200 tahun kelahiran Baha’ullah –imam agama Baha’i. Hari Kelahirannya dirayakan di 191 negara, termasuk Indonesia.
Editor: Content Writer
Itu mengapa Baha’i di Indonesia tak memiliki rumah ibadah.
“Konsep rumah ibadah itu adalah hadiah kepada sebuah masyarakat yang kesatuannya sudah dapat diperoleh. Ukurannya apa? Jika semua orang di dalam masyarakat apapun latar belakang agamanya mau berdoa bersama-sama. Percaya, bahwa apapun keyakinanmu, bahasamu, itu yakin eh kamu itu sedang menyembah Tuhan yang sama,” jelasnya kembali.
Sebab bagi Baha’i tak memiliki tempat ibadah bukan perkara. Menurut Syaiful, tempat ibadah bisa didirikan setelah cita-cita menyatukan umat manusia tercapai.
Dari tata cara peribadatan, Baha’i memiliki kesamaan dengan Islam semisal sembahyang, puasa, atau ziarah. Akan tetapi, pada praktiknya berbeda.
Semisal dalam pelaksanaan sembahyang, penganut Baha’i mengerjakan sembahyang tiga kali dalam sehari. Kiblatnya tak menghadap Mekah, tapi Barat Laut yang mengarah ke Kota Akka-Haifa.
Syaiful juga bercerita, Baha’ullah mengajarkan pengikutnya untuk bersikap terbuka, menjauhkan prasangka, dan curiga.
Gerak pengikut Baha’i di Indonesia, masih terbatas. Apalagi Baha’i belum diakui sebagai agama oleh negara. Selama ini pun, mereka harus rela kolom agama di KTP disetrip atau mengikuti salah satu agama yang diakui negara.