Ulama Tak Sebarkan Paham Politik Identitas di Tempat Ibadah
Lukman Syaifuddin meminta para ulama untuk tetap memiliki kearifan agar tak larut menyebarkan paham-paham politik identitas
Penulis: Rina Ayu Panca Rini
Editor: Johnson Simanjuntak
TRIBUNNEWS.COM,JAKARTA - Menteri Agama RI Lukman Hakim Syaifuddin meminta para ulama untuk tetap memiliki kearifan agar tak larut menyebarkan paham-paham politik identitas di tempat-tempat ibadah menjelang tahun politik, Selasa (30/1/2018).
"Ya justru disitulah dituntut kearifan kita. Setiap kita, terutama tokoh agama dituntut kearifannya untuk bagaimana menyampaikan pesan-pesan agama yang tidak justru menimbulkan friksi di antara kita sebagai masyarakat yang majemuk ini," kata Lukman yang ditemui di aula gedung dakwah PP Muhammadiyah, Menteng, Jakarta Pusat.
Salah satu cara yang dilakukan ujar Lukman adalah melakukan kerja sama dengan pihak KPU dan ia menyakini ulama-ulama yang ada kini sudah memiliki takaran tertentu agar tak menimbulkan pesan yang destruktif.
"Ya, tentu (kerja sama dengan KPU). Caranya bagaimana?. Saya yakin para ulama kita sudah memiliki takaran atas seperti apa pesan-pesan agama itu disampaikan dan tidak menimbulkan pesan yang destruktif," ungkap Lukman.
Bagaimana pun ujar Lukman, ia menyadari bangsa Indonesia merupakan bangsa yang agamis yang tentu tidak bisa memisahkan agama dari aktivitas keseharian terutama aktivitas politik.
Baca: Sambangi Kediaman Prabowo, Sandiaga Uno Diminta Ikut Dalam Kampanye
"Agama itu juga untuk mengurusi masyarakat. Tentu ini tidak bisa dipisahkan. Tapi juga kita umat beragama harus memiliki kearifan. Bagaimana agar pesan-pesan agama yang disampaikan tidak justru digunakan sebagai alat untuk kepentingan politik pragmatisnya saja, sehingga itu berpotensi untuk menyebabkan friksi di tengah masyarakat," ujar Lukman.
Ujar Lukman, masyarakat Indonesia tidak boleh terjebak dalam perbedaan yang bersifat mendasar.
Ia mengatakan fungsi agama sejatinya adalah konstruksi atau membangun bukan malah destruktif.
"Jadi kita tidak boleh terjebak karena perbedaan yang sifatnya kulit luar saja itu lalu kemudian antar kita yang beragam justru antar kita saling meniadakan, merendahkan satu sama lain. Karena itu bukan esensi agama. Sekali lagi paham bukan untuk memecah belah kehidupan kita, tapi justru menyatukan kita," ujar Lukman.