Ketika Peluit Berbunyi, Pengemis Pun Beraksi
Ratusan pengemis tampak memenuhi Wihara Dharma Bakti, Jl Kemenangan III Petak Sembilan No.19, Glodok, Jakarta Barat, Jumat (16/2).
Penulis: Vincentius Jyestha Candraditya
Editor: Malvyandie Haryadi
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Vincentius Jyestha
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Ratusan pengemis tampak memenuhi Wihara Dharma Bakti, Jl Kemenangan III Petak Sembilan No.19, Glodok, Jakarta Barat, Jumat (16/2).
Pantauan Tribunnews.com, para pengemis duduk di pelataran Wihara.
Mereka terdiri dari beragam usia, mulai dari anak kecil, remaja, hingga dewasa.
Beralaskan terpal, para pengemis duduk secara sabar 'bersenjatakan' payung, guna menepis panasnya terik matahari.
Baca: Pamer Cincin Berlian, Maia Estianty Diperingatkan Netter, Jangan Mau Di-PHP-in Kaya Desy Ratnasari
Mereka menunggu para petugas untuk membagikan angpao dari pengunjung.
Angpao tersebut diletakkan dalam sebuah amplop merah.
Pengamatan Tribunnews.com, pada pengunjung memasukkan uang ke dalam beberapa buah tempat yang dijaga oleh para petugas.
Uang tersebut tak langsung dibagikan kepada para pengemis.
"Ditunggu sampai jumlahnya sekitar Rp 3 jutaan, baru dibagikan ke pengemis," ujar petugas, Jumat (16/2).
Para pengemis tampak berbincang satu sama lain dan tak menghiraukan pengunjung yang berseliweran dihadapan mereka.
Justru para petugas lah yang aktif untuk meminta para pengunjung wihara untuk bersedekah bagi pengemis.
"Ayo bapak ibu yang mau bersedekah bagi pengemis. Rezekinya pasti tambah lancar," teriak para petugas sesekali.
Selama Tribunnews.com memantau, para pengemis cenderung tenang dan tidak banyak bergerak.
Namun semua itu berubah ketika sebuah suara peluit berkumandang di wihara.
"Prit... prit... ," kira-kira begitulah bunyi peluit yang terdengar.
Suasana pun seketika tampak ricuh. Para pengemis bereaksi sangat aktif dengan suara peluit itu.
Para pengemis langsung bangkit dari duduknya dan menuju para petugas yang sudah membawa angpao.
Mereka mengambil angpao dari tangan para petugas.
Berdesak-desakan dan beringas, itulah kata yang tepat menggambarkan situasi kala itu.
Suara peluit itu ternyata memang menjadi tanda bagi para pengemis untuk mengambil angpao.
Para pengunjung yang sedang berada di antara pengemis duduk dan petugas kala peluit ditiup pun menjadi kaget.
"Eh apa ini?" teriak seorang ibu kaget, ketika para pengemis berdesakan melewati dirinya.
Hal ini tak lepas karena pengunjung tak mengetahui kondisi dimana para pengemis akan mengambil angpao tersebut.
Usai mendapat angpao, para pengemis segera mengeluarkan uang yang berada di amplop.
Ada yang tampak senang, ada yang tidak senang. Itu semua tampak dalam mimin wajah mereka.
Seorang anak kecil tampak senang tatkala mendapatkan Rp 5 ribu dari amplop.
Ia menunjukkan uang itu kepada ibunya dengan senyum lebar di wajahnya.
Ada pula yang menggerutu. "Kok cuma dapat segini? Udah nunggu 2 jam," ujar seorang perempuan remaja.
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.