Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Mengapa Isu SARA dan Hoaks Laku Dijadikan sebagai Komoditi Politik?

Kemungkinan besar perbedaan identitas agama dan etnis masih akan dipakai di Pilkada serentak tahun 2018 dan Pemilihan Presiden 2019.

Editor: Hasanudin Aco
zoom-in Mengapa Isu SARA dan Hoaks Laku Dijadikan sebagai Komoditi Politik?
TRIBUNNEWS/IRWAN RISMAWAN
Sejumlah warga melintas diantara spanduk himbauan pilkada damai dari Yusril Izha Mahendra di kawasan Jalan Panjang, Jakarta Barat, Selasa (1/11/2016). Sepanduk yang bertuliskan "Untuk Indonesia Damai, tolong jangan gunakan ISU sara dalam pilkada DKI" tersebut dipasang oleh Aliansi Masyarakat Jakarta yang menginginkan pilkada DKI berjalan dengan damai. TRIBUNNEWS/IRWAN RISMAWAN 

Saat ini posisi Presiden Joko Widodo, sebagai petahana, seharusnya lebih kuat, tidak hanya dengan tingkat elektabilitas di sekitar 50%.

Untuk mengatasinya pengaruh buruk politik identitas dan berita bohong, pemerintah memang terus melakukan berbagai langkah pengamanan lewat peraturan dan penindakan.

"Sejak tahun lalu kepolisian gencar menindak beberapa situs-situs berita online yang pembuat penyebar berita bohong yang begitu masif, dan juga beberapa kebijakan dari pemerintah, penyebar berita hoaks akan dikenakan sanksi pidana, ini merupakan salah satu strategi supaya tidak banyak berkembang," kata Veri Junaidi.

Berbeda dengan Veri, Djayadi Hanan dari SMRC memandang keefektifan penggunaan isu SARA pada pemilihan presiden 2019 tidak akan sebesar pilpres sebelumnya karena para pemilih sudah lebih mengenalnya.

"Jokowi adalah calon yang relatif sudah dikenal oleh publik sehingga tidak mudah untuk mendapatkan isu-isu, yang katakanlah fitnah misalnya, yang mengatakan dia non Muslim misalnya, dia Kristen diam-diam. Meskipun kemungkinan akan tetap dipakai, tidak akan mudah untuk berpengaruh karena orang relatif, lebih banyak orang yang tahu Jokowi saat ini," katanya.

Dajayadi menambahkan perbedaan lain dengan tahun 2014 adalah Jokowi didukung oleh mayoritas partai yang solid dan perhatian masyarakat akan terpecah karena pilpres dilakukan bersamaan dengan pemilihan legislatif.

Sumber: BBC Indonesia
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
×

Ads you may like.

© 2025 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas