SAS Institute Sayangkan Keberatan Arab Saudi soal Lantunan Banser 'Yaa Lal Wathon' di Masjidil Haram
Ramai dalam ruang publik, perdebatan akan lantunan Ya Lal Wathon dalam rangkaian ibadah Umroh.
Editor: Hasanudin Aco
Imdadun Rahmat yang juga tokoh muda NU, enggan membangun polemik terkait pembacaan Pancasila dan Syiir Ya Lal Wathon.
Namun dirinya merujuk kepada ketentuan mayoritas Ulama yang tidak melarang akan hal tersebut.
"Sebagai warga Muslim Indonesia, kita tidak perlu memperkeruh maslah. Hal ini tidak perlu dipolemikkan. Saya menilai lantunan tersebut adalah reaksi perlawanan Muslim Indonesia terkait maraknya pemahaman agama yang dipertentangkan dengan paham kebangsaan serta politisasi agama demi merebut kekuasaan," papar Imdadun.
Lebih jauh Imdadun mendukung penuh sikap Dubes Agus untuk menjaga hubungan diplomatik Indonesia-Saudi Arabia.
Bahwa terjadi reaksi atas pemerintah Saudi Arabia, itu adalah satu hal yang sebenarnya tidak perlu terjadi.
"Lantunan Ya Lal Wathon tidak melanggar koridor hukum positif Saudi Arabia. Kita yang di dalam negeri tidak perlu ikut-ikutan membangun polemik. Agar hubungan diplomatik kembali kondusif. Lagi pula, Ya Lal Wathon adalah salah satu simbol Islam Nusantara. Yakni Islam yang cocok dengan Indonesia kita," tutup Imdadun Rahmat.