Penyelenggaraan Pemilu Berpotensi Memecah Belah Masyarakat Indonesia
Dia menganalisa sejumlah faktor yang menjadi penyebab keretakan tersebut. Salah satunya terkait dua putaran dalam pemilu.
Penulis: Glery Lazuardi
Editor: Johnson Simanjuntak
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Masyarakat Indonesia terpecah-pecah di setiap pemilihan umum. Ini diawali di pemilihan presiden (Pilpres) 2014, lalu, berlanjut di pemilihan kepala daerah (Pilkada) DKI Jakarta 2017.
Gubernur Lemhanas, Letjen (Purn), Agus Widjojo, mengatakan sikap pemilih cenderung total mendukung pasangan calon. Sehingga, sedikit saja diusik, adu mulut tak bisa dielakkan. Terlebih saat kampanye merangsang emosi, seringkali menimbulkan keretakan.
"Masyarakat terbelah secara tajam, ini jadi sesuatu yang patut dipertimbangkan. Apa memang betul mau ke jadi seperti itu (fanatik,-red)," tuturnya, saat diskusi dengan Forum Pemred di kantor Lemhanas, Rabu, (14/3/2018).
Baca: Ini Dia Profil Singkat Hakim Cantik PN Tangerang yang Ditangkap KPK, Alumni Kampus Ternama
Dia menganalisa sejumlah faktor yang menjadi penyebab keretakan tersebut. Salah satunya terkait dua putaran dalam pemilu.
Baca: Bentuk Poros Ketiga? Zulhas: Poros Nasional Saja Deh
Pemilihan dua putaran mengandung risiko, karena ranah pertarungan terbuka lebar. Di putaran pertama, sudah ada banyak visi-misi yang dipaparkan. Di tahap selanjutnya, inti dari visi misi sudah terbuka, berikut kelemahan.
"Baik di daerah maupun di level pusat, dua putaran ini mendung resiko yang sangat besar. Kalau satu kali putaran, pemahaman pendukung atau pemilik suara ini seimbang. Tapi kalau masuk putaran kedua, semuanya sudah terbuka. Kekuatan ini dimanfaatkan," katanya.