Intrans: Inkonsistensi soal Capres Bisa Meruntuhkan Elektabilitas Partai Oposisi
Saiful mengakui sulit untuk tidak mengusung Prabowo, bahkan pun jika Prabowo sendiri yang berkeinginan untuk tidak maju.
Editor: Hasanudin Aco
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Prabowo Subianto bukan hanya tokoh Partai Gerindra.
Direkrur Intrans (Institute for Transformation Studies), Andi Saiful Haq mengatakan sosok Prabowo adalah konsensus politik tidak tertulis di antara Kolisi Partai Oposisi.
"PAN, PKS dan Gerindra setelah Perindo dan Golkar sudah lebih dulu berbalik mendukung Jokowi," ujar Saiful di Jakarta, Kamis (12/4/2018).
Tidak hanya itu, lebih jauh lagi Pilpres 2014 telah menjadikan Prabowo menjadi konsensus politik dan representasi semua hal yang “Bukan Jokowi.”
Menurut Saiful, manuver dan infiltrasi yang dilakukan calon presiden lain yang tidak memiliki akar kepartaian sah-sah saja sebagai alternatif bagi elit Parpol untuk mengambil keputusan.
"Tapi yang penting diingat, mengambil keputusan elitis, dengan mendorong Capres lain, apalagi jika calon tersebut bukan dari internal koalisi oposisi," ujarnya.
Baca: Hadir di Rakornas Bukan Berarti PAN Merapat ke Kubu Prabowo
Konstituen akan kehilangan legitimasi dan moral untuk bekerja dalam Pemilu, sementara Pileg dan Pilpres akan digelar di waktu yang bersamaan.
"Pilihan yang paling tidak beresiko adalah dengan tetap mengusung Prabowo Subianto sambil mencari Wapres pendamping yang ideal," ujarnya.
Saiful mengakui sulit untuk tidak mengusung Prabowo, bahkan pun jika Prabowo sendiri yang berkeinginan untuk tidak maju.
"Namun di arus bawah Prabowo telah membuktikan konsistensinya untuk tetap setia di jalur oposisi meski satu-satu mulai meninggalkan Koalisi Merah Putih yang dibangunnya," katanya.
Menurut Saiful, konsistensi Prabowo sudah terlanjur menjadi narasi di seluruh basis-basis yang “Bukan Jokowi” termasuk konstituen Parpol-parpol oposisi yang masih tersisa di KMP.
"Resikonya terlalu besar jika memaksakan keinginan elit partai, meski didukung data-data rasional. Partai akan disibukkan dengan pertanyaan-pertanyaan yang tidak mungkin tidak dijawab oleh elit parta. Mengapa tidak mengusung Pak Prabowo? Apa pertimbangan mengusung orang lain?" ujar Saiful.
Dikatakan bahwa Si A atau si B kan belum terbukti setia dan tidak pernah berkeringat bersama kami? Belum habis pertanyaan itu dijawab, hari pencoblosan sudah tiba.