Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Pengamat: ''Genderang Perang'' Pilpres 2019 Telah Ditabuh

"Sejak pernyataan dari sumber fiksi bahwa 2030 Indonesia bubar, menandakan sudah ditabuhnya genderang perang Pemilu Presiden 2019 yang sangat sengit"

Editor: Malvyandie Haryadi
zoom-in Pengamat: ''Genderang Perang'' Pilpres 2019 Telah Ditabuh
Kompas/Totok W
Arbi Sanit 

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Tagar #2019GantiPresiden belakangan menjadi topik hangat bagi para netizen, sejak awal kemunculannya pada awal April. Hal itu dinilai sebagai upaya untuk menunjukkan kelemahan pemerintah saat ini.

Pengamat politik Arbi Sanit mengatakan, tagar #2019GantiPresiden merupakan hal lumrah jelang Pilpres 2019, demi merebut opini publik.

Baca: Wakil Ketua KPK: Bupati Bandung Barat Memohon-mohon Tidak Ditangkap dan Dibawa ke Jakarta

Menurutnya, pihak oposisi sengaja mengangkat kelemahan pemerintahan Presiden Joko Widodo yang dinilai belum cukup baik dan tidak populer.

“Masyarakat tidak perlu kaget lagi jika ada wacana kontroversial mengangkat kelemahan pemerintahan saat ini. Sejak pernyataan dari sumber fiksi bahwa 2030 Indonesia bubar, menandakan sudah ditabuhnya genderang perang Pemilu Presiden 2019 yang sangat sengit,” kata Arbi, Kamis (12/4/2018).

Menurut Arbi, masyarakat perlu obyektif dalam menilai segala wacana yang ada di media sosial, apakah benar atau tidak. Aparat penegak hukum juga harus tegas bertindak mengontrol hoaks yang diduga digulirkan untuk menggiring opini publik.

“Perlu diwaspadai juga masuknya kaum radikal yang mengambil kesempatan dalam isu jelang Pilpres 2019. Jangan kaget bila aksi massa akan semakin sering dilakukan untuk menggiring opini publik di tengah tahun politik,” ulasnya.

BERITA REKOMENDASI

Direktur Eksekutif Indo Barometer Muhammad Qodari menyebutkan, kemunculan #2019GantiPresiden merupakan aspirasi yang didengungkan oleh pihak-pihak yang tidak puas dengan pemerintahan.

Meski demikian, selama berdasarkan pada fakta dan pendapat, maka wacana tersebut merupakan bagian dari kebebasan berpendapat, karena menyangkut pemikiran masing-masing personal dan bagian dari demokrasi.

“Kalau kita runtut sumbernya, datang dari yang anti dengan Jokowi. Beda boleh, tapi jangan sampai ada kekerasan dan kebohongan. Ke depan medium hasil kontestasi politik akan ditentukan oleh masyarakat Indonesia saat mencoblos Presiden pilihannya tahun depan,” paparnya. (*)

Artikel ini telah tayang di Wartakotalive dengan judul Waspadai Masuknya Kaum Radikal Mengambil Kesempatan dalam Isu Jelang Pilpres 2019, http://wartakota.tribunnews.com/2018/04/12/waspadai-masuknya-kaum-radikal-mengambil-kesempatan-dalam-isu-jelang-pilpres-2019.
Penulis: Junianto Hamonangan

Sumber: Warta Kota
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas